Minggu, 30 Oktober 2011

Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga Menjadi Pupuk Organik

Published On Mon, 20 Sep 2010
Mari kita coba mengolah sampah yang ada di rumah kita, banyak lho manfaatnya !
PEMANFAATAN SAMPAH RUMAH TANGGA MENJADI PUPUK ORGANIK
Makalah ini kami susun sebagai bahan penyuluhan untuk ibu-ibu PKK di sekitar tempat tinggal kami. Makalah ini kami susun dari berbagai sumber yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Pemanfaatan sampah organik rumah tangga sebagai pupuk tanaman dapat memberikan fungsi ganda, selain menghasilkan pupuk juga membantu masyarakat hidup bersih. Guna memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan ruang untuk melestarikan lingkungan hidup menuju masyarakat sejahtera. Kita harus tahu dan sadar bahwa 70 % sampah yang dihasilkan setiap hari merupakan sampah rumah tangga. Bila sampah telah dapat tertanggulangi pada tingkat keluarga atau rumah tangga, akan mampu mengurangi beban terbesar yang harus ditanggung tempat pembuangan akhir (TPA). Untuk itu, kita perlu mensosialisasikan pemanfaatan sampah organik di lingkungan keluarga atau rumah tangga menjadi pupuk kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Pemanfaatan sampah rumah tangga seperti ini relatif lebih ramah lingkungan dan dapat mengurangi penampungan akhir dari TPA.
Kegiatan tersebut dapat menciptakan lingkungan bersih dan sehat, sehingga masyarakat dapat hidup bersih dan sehat. Ada beberapa Permasalahan Sampah yang sering kita hadapi. Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan akan dapat mengakibatkan :
1. Tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus
2. Menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara
3. Menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan.
Oleh karena itu perlu tindakan-tindakan khusus yang dilakukan dalam menangani masalah sampah dapur ini.
Beberapa alternatif cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan secara sederhana sebagai berikut :
a. Penumpukan. Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama bau, kotoran dan sumber penyakit dana badan-badan air.
b. Pengkomposan. Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Sampah rumah tangga bisa diubah menjadi kompos yang berguna untuk tumbuh-tumbuhan di pekarangan rumah sendiri. Sampah basah (organik) bekas makanan-atau minuman sehari-hari dipisahkan dari sampah kering (anorganik) seperti kaleng, plastik, kertas. Sampah basah itu kemudian ditumpuk dalam sebuah lubang kecil di pekarangan rumah. Dalam jangka waktu tertentu bagian paling bawah dalam tumpukan tersebut bisa diangkat kemudian ditebarkan ke tanaman sebagai pupuk kompos. Pengolahan sampah menjadi kompos, yang bisa dimanfaatkan memperbaiki struktur tanah, untuk meningkatkan permeabilitas tanah, dan dapat mengurangi ketergantungan pada pemakaian pupuk mineral (anorganik) seperti urea. Selain mahal, urea juga dikhawatirkan menambah tingkat polusi tanah.
Dengan mengolah sampah dapur kita mendapatkan bernagai manfaat antara lain :
1. Mengehemat sumber daya alam
2. Mengehemat Energi
3. Mengurangi uang belanja
4. Menghemat lahan TPA
5. Lingkungan asri (bersih,sehat,nyaman) Manfaat pengelolaan sampah Pemanfaatan ibu-ibu PKK merupakan salah satu cara untuk menggerakkan warga untuk sadar lingkungan.
Menciptakan kebiasaan mengolah sampah dapur itu tidaklah mudah, oleh karena itu perlunya kesadaran dari ibu-ibu untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan bebas dari sampah. Untuk menjaga lingkungan bersih bebas dari sampah salah satu solusinya mengubah kebiasaan membuang sampah untuk mengolah sampah menjadi kompos dimulai dari sampah rumah tangga.
Sampah organik ialah sampah yang berasal dari makhluk hidup seperti dedaunan dan sampah dapur yang sifatnya mudah terurai secara alami dengan bantuan mikroorganisme. Proses pengolahan sampah organik menjadi kompos, tahapan pemilahan dan penyeleksian sampah penting dilaksanakan, hindari dari sisa-sisa daging, tulang, duri-duri ikan, produk yang berasal dari susu, sisa-sisa makanan berlemak, dikarenakan kesemuanya itu dapat diperoleh kompos yang kualitas tidak baik karena bisa menimbulkan bau busuk.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan kompos seperti bahan baku, suhu, nitrogen dan kelembapan bahan sampah organik yang berasal dari sisa sayuran dapur lebih cepat terurai dan tidak berbau. Kandungan C/N bahan dengan C/N tanah harus seimbang. Selain itu kestabilan suhu harus dijaga, suhu ideal ( 40-50 ºC). Sementara nitrogen dibutuhkan oleh bakteri pengahancur untuk tumbuh dan berkembang biak. Kelembapan dalam timbunan kompos harus diperhatikan dan dijaga keseimbangannya. Kelembapan yang tinggi menyebabkan volume udara menjadi berkurang. Sampah rumah tangga sangat ideal dijadikan kompos.
Mengenal Kompos Menurut Indriani (2005) kompos merupakan semua bahan organik yang telah mengalami penguraian sehingga bentuk dan sudah tidak dikenali bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Di dalam timbunan bahan-bahan organic, pada pembuatan kompos, terjadi aneka perubahan hayati dilakukan oleh jasad-jasad renik. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu penguraian hidratarong, selulosa menjadi CO2 dan air, terjadi pengikatan beberapa jenis unsur hara di dalam jasad-jasad renik, terutama nitrogen, fosfor dan kalium. Unsur-unsur tersebut akan terlepas kembali bila jasad-jasad tersebut mati.
Banyaknya perubahan yang terjadi dalam timbunan bahan kompos, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal dalam pembuatan kompos yaitu persenyawaan zat arang (C ) yang mudah diubah harus secepat mungkin diubah secara menyeluruh. Untuk itu, diperlukan banyak udara dalam timbunan bahan kompos. Proses ini dapat dipercepat dengan campuran kapur dan fosfat atau campuran zat lemas secukupnya. Zat lemas yang digunakan harus mempunyai perbandingan C/N kecil. Persenyawaan zat lemas sebagian besar harus diubah menjadi persenyawaan amoniak, tidak hanya terikat sebagai putih telur di tubuh bakteri. Oleh karena itu dibutuhkan perbandingan C/N yang baik. Jika perbandingan C/N kecil, akan banyak amoniak yang dibebaskan oleh bakteri. Nitrat di dalam tanah segera diubah menjadi niat yang mudah diserap tanaman. Pengomposan dikatakan bagus apabila zat lemas yang hilang tidak terlalu banyak.
Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Kompos Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan manfaat antara lain menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menyimpan air tanah lebih lama, mencegah lapisan kering pada tanah, mencegah beberapa penyakit akar menjadi salah satu alternative pengganti pupuk kimia karena harganya lebih murah, berkualitas dan ramah lingkungan, menjadi pupuk masa depan karena pemakaiannya lebih hemat, bersifat multi lahan karena bisa digunakan di lahan pertanian, perkebunan dan reklamasi lahan kritis. Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh kandungan C/N, semakin mendekati C/N tanah maka bahan tersebut akan lebih cepat menjadi kompos.
Tanah pertanian yang baik mengandung perbandingan unsure C dan N yang seimbang. Bahan-bahan organik tersebut harus dikomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan agar C/N bahan itu menjadi lebih rendah atau mendekati C/N tanah. Itulah sebabnya bahan-bahan organik tidak bisa langsung dibenamkan dan membiarkannya terbenam sendiri karena struktur bahan organik tersebut kasar, daya ikatnya terhadap air amat lemah, sehingga bila langsung dibenamkan ke tanah, tanah akan menjadi berderai. Hal ini dapat dilakukan bagi tanah yang berat, akan tetapi akan berakibat buruk bagi tanah yang ringan (pasir) dan akan lebih buruk lagi pada kawasan tanah yang terbuka.
Penimbunan bahan organik begitu saja di tanah yang kaya udara dan air tidaklah baik karena penguraian terjadi amat cepat. Akibatnya, jumlah CO2 dalam tanah akan meningkat cepat. Kondisi seperti ini akan sangat menganggu pertumbuhan tanaman. Selain kandungan C/N dalam bahan, permukaan bahan juga mempengaruhi kecepatan pengomposan. Makin halus dan kecil bahan baku kompos maka peruraiannya akan makin cepat dan hasilnya lebih banyak. Dengan semakin kecilnya bahan, bidang permukaan bahan yang terkena bakteri pengurai akan semakin kuat sehingga proses pengomposan dapat lebih cepat. Sebaliknya bila bahan baku berukuran besar, permukaan yang terkena bakteri lebih sempit sehingga proses pengomposan lebih lama. Itulah sebabnya bahan baku tersebut harus dipotong-potong. Selain itu dalam pembuatan kompos perlu dijaga kestabilan suhu ( mempertahankan panas ) pada suhu ideal (40-50ºC). Untuk mempertahankan panas dapat dilakukan dengan menimbun bahan sampai pada ketinggian tertentu, idealnya 1,25-2m. Timbunan yang terlalu pendek atau rendah akan menyebabkan panas mudah menguap. Hal ini dikarenakan tidak adanya bahan material yang digunakan. Untuk menahan panas dan menghindari pelepasan panas. Suhu yang kurang akan menyebabkan bakteri pengurai tidak dapat berkembang. Sebaliknya, timbunan bahan terlalu tinggi bisa membunuh bakteri pengurai.
Adapun kondisi yang kekurangan udara dapat memacu pertumbuhan bakteri anaerob yang menimbulkan bau tidak enak. Nitrogen salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan kompos, sebab nitrogen dibutuhkan oleh bakteri penghancur untuk tumbuh dan berkembang baik.
Timbunan bahan kompos yang kandungan nitrogennya rendah tidak menghasilkan panas, sehingga pembusukan bahan-bahan akan terhambat. Oleh karena itu, semua bahan dengan kadar C/N yang tinggi, misalnya kayu, biji-bijian yang keras dan tanaman menjalar harus dicampur dengan bahan-bahan yang berair, pangkasan daun dari kebun dan sampah-sampah lunak dari dapur amat tepat digunakan sebagai bahan pencampur. Apabila bahan-bahan yang mengandung nitrogen tidak tersedia bahan kompos bisa ditambah dengan berbagai pupuk organik (pupuk kandang). Kelembapan dalam timbunan kompos harus diperhatikan dan dijaga keseimbangannya. Kelembapan yang tinggi (bahan dalam keadaan becek)akan mengakibatkan volume udara menjadi berkurang. Makin basah timbunan bahan maka kegiatan mengaduk harus makin sering dilakukan. Dengan demikian volume udara terjaga stabilitasnya. Sampah-sampah hijau umumnya tidak membutuhkan air sama sekali pada awal pembuatan kompos. Namun pada dahan dan ranting kering serta rumput-rumputan harus diberi air pada saat membuat timbunan kompos.
Secara menyeluruh kelembapan timbunan harus mencapai 40-60%. Timbunan kompos akan mulai berasap pada saat panas mulai timbul. Pada saat itu, bagian tengah akan menjadi kering setelah itu proses pembusukan bisa berhenti secara mendadak. Untuk mencegahnya, panas dan kelembapan dalam timbunan bahan perlu dikontrol. Caranya dengan menusukkan tongkat ke dalam timbunan. Jika tongkat itu hangat dan basah, serta tidak tercium bau busuk berarti proses pengomposan telah berjalan baik. Di daerah yang bercuaca kering, timbunan bahan kompos dapat diairi tiap 4-5 hari sekali. Sebaliknya, di daerah yang banyak curah hujannya, timbunan kompos harus dijaga agar tidak terlalu becek.
Usaha yang dapat dilakukan yakni dengan membuat puncak timbunan menyerupai atap dan agak membulat agar dapat mengalirkan airnya. Namun, bila hujan tak ada hentinya dan amat deras, timbunan kompos masih tetap terlalu basah atau becek sehingga bakteri anaerob mulai tumbuh, maka perlu dilakukan pengadukan setiap hari. Hal ini dapat mengembalikan keadaan yang normal.
Mengolah Sampah Organik Dapur Menjadi Kompos Dalam pembuatan kompos, hal pertama yang dilakukan yaitu persiapan, baik bahan maupun tempatnya. Langkah pertama yang harus dipersiapkan yaitu bahan-bahan organik yang akan dikomposkan dipotong-potong atau dicacah agar proses pengomposan berlingsung cepat. Selain itu untuk mempercepat pengomposan, diperlukan pupuk kandang karena bahan-bahan ini akan ditumpuk maka perlu dipersiapkan tempatnya. Tempat yang sederhana di tanah (bahan ditumpuk diatas tanah). Untuk menjaga agar tidak tergenang sewaktu hujan, perlu dibuat bendungan dengan ukuran sesuai kondisi lahan, misal panjang 3 m, lebar1 m dan tinggi 25-30 cm.
Untuk menghindari curah hujan, dapat dibuat naungan dengan atap dari genting, rumbia atau bahan lainnya. Selain ditumpuk diatas tanah, bahan-bahan organik dapat ditumpuk dalam bak penampung. Bak ini bisa beraneka ragam modelnya tergantung kebutuhan. Ember berlubang Ember bekas cat seperti ini dapat disulap menjadi komposter sederhana dengan memberi lubang yang cukup untuk aerasi. Digunakan bantal sekam dan kardus untuk mengontrol kelembaban dan mengurangi bau. Bak penampung harus mempunyai ventilasi yang baik sehingga udara dapat keluar masuk dengan bebas. Aliran udara yang tidak lancer dapat menyebabkan pengomposan tidak sempurna. Salah satu model bak yang praktis dan murah adalah seperti boks bayi dengan daya tampung sekitar 1 m3.
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan bak ini seperti papan,bamboo, kawat ram dan paku. Dalam pembuatan bak yang terpenting yaitu adanya ventilasi. Ventilasi dapat dibuat dengan memasang kawat ram atau papan-papan yang dirangkai diberi jarak. Drum/tong Menggunakan tong plastik berukuran 120L yang dilengkapi pipa vertical dan horizontal agar proses berlangsung secara aerob (dengan udara). Bak/kotak Metoda ini menggunakan konstruksi sederhana pasangan bata yang dikombinasikan dengan bilik kayu sebagai pintu untuk ruang pengomposan.
Untuk memudahkan pembalikan kompos, sisi-sisi bak dicopot dan dipasang kembali disebelah timbunan. Kedalam sehingga bagian atas akan menjadi bagian bawah. Mengolah sampah organik yang berasal dari sampah rumah tangga diperlukan alat yang disebut komposer. Untuk membuat komposter diperlukannya drum atau tong plastik yang mempunyai tutup, pipa paralon berdiameter 4 inci, kasa plastic untuk menutup lubang pipa bagian uar dan batu kerikil. Cara pembuatan komposter yang pertama bagian atas tong plastik diberi 4 lubang diameter 4 inci untuk memasang pipa:
1. Bagian bawah juga dilubangi dengan diameter yang sama, sebanyak 4-5 lubang, lalu ditutup kasa plastik untuk jalan air
2. Ujung-ujung pipa bagian luar ditutup kasa plastik untuk sirkulasi udara
3. Pipa dilubangi dengan bor sebesar 5 mm dengan jarak 10 cm untuk udara,
4. Pasang pipa pada empat sudut tong, lalu tanam ditanah. Tempatkan pada bagian yang tidak kena hujan secara langsung.
5. Tepi tong ditutup batu kerikil setebal 15 cm.
Demikian juga sekeliling pipa ditutup kerikil, baru ditutup tanah. Tempat sampah biasanya berbau karena sampah organik cepat membusuk sehingga diperlukan kerikil, baru ditutup tanah. Tempat sampah biasanya berbau karena sampah organik cepat membusuk sehingga diperlukan kerikil untuk meredam bau tersebut. Tong tersebut diisi dengan sampah rumah tangga, tentunya sampah organik, tetapi jangan diikutkan dengan kulit telur dan kulit kacang sebab sukar menjadi kompos. Setelah penuh, tong ditutup dan dibiarkan selama 3-4 bulan. Selama itu akan terjadi proses pengomposan. Sampah yang sudah jadi kompos berwarna hitam dan gembur seperti tanah. Ambil kompos itu dari composer, lalu diangin-anginkan sekitar seminggu sesudah itu kompos sudah siap untuk pupuk tanaman.
Dalam komposter tersebut akan bermunculan belatung yang mungkin bisa menimbulkan rasa jijik. Belatung muncul dari sampah-sampah organik yang mengalami pembusuk. Kehadiran belatung karena tugasnya melahap sampah dapur. Supaya belatung tidak berkeliaran maka tutup tong harus dijaga dalam keadaan rapat. Untuk mendapatkan kompos yang lebih terjamin keberhasilannya dibutuhkan enam langkah penyusunan pembuatan kompos.
Langkah yang pertama yaitu bahan kompos ditumpukkan diatas bilah-bilah bamboo atau kayu. Selama 1-2 hari diperciki air sampai lembab tetapi tidak becek.
Langkah yang kedua yaitu pemantauan suhu dan kelembapan tumpukan dari hari keempat hingga hari ke empat puluh, tumpukan dijaga agar suhunya 45-65C dan kelembapannya sekitar 50%. Kelembapan dapat diukur dengan cara memasukkan tongkat kayu kedalam tumpukkan kompos, lalu mengeluarkannya. Bila tongkat kering, berarti kelembapannya kurang sehingga perlu dibalik dan disiram. Bila tongkat basah (lembab) berarti kelembapannya telah sesuai. Namun bila tongkat terlalu basah maka kelembapannya terlalu tinggi sehingga perlu dibalik. Cara mengukur lainnya dengan memegang bahan kompos. Kelembapan ideal ditandai dengan bahan yang basah, tetapi tidak ada air menetes. Suhu diukur dengan cara memasukan tangan kedalam tumpukan kompos. Suhu 45-65ºC.
Langkah ketiga yaitu pembalikkan dan penyiraman, pembalikkan tumpukan dilakukan jika terjadi suhu tumpukkan diatas 65ºC atau dibawah 45ºC tumpukkan terlalu basah atau dibawah 45ºC tumpukan terlalu basah atau terlalu kering. Apabila suhu masih 45-60ºC dan kelembapannya 50% tumpukan kompos belum waktunya dibalik.
Langkah keempat yaitu pematangan, hari ke-45 tumpukan telah memasuki masa pemotongan. Kompos yang matang ditandai dengan suhu tumpukan yang menurun mendekati suhu ruang, tidak berbau busuk, bentuk fisik menyerupai tanah dan berwarna kehitam-hitaman. Pemotongan berlangsung selama 14 hari. Langkah kelima yaitu pengayakan kompos, tujuan dilakukan pengayakan yaitu agar memperoleh ukuran kompos sesuai yang dikhendaki, memilah bahan yang belum terkomposkan secara sempurna dan mengendalikan mutu kompos.
Langkah terakhir yaitu pengemasan dan penyimpanan kompos yang sudah disaring, dikemas kedalam kantung atau karung. Setelah itu disimpan ditempat yang kering atau diletakan diatas papan.

-- Sumber : tjimpolo.blogg.com

Senin, 24 Oktober 2011

Mari membuat kompos skala rumah tangga


Salah satu dari pola hidup hijau yang dapat kita laksanakan adalah mengelola sampah organic rumah tangga, dengan membuatnya menjadi kompos.

Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organic organic.
Pembuatannya tidak terlalu rumit, tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak peralatan dan biaya. Hanya memerlukan persiapan pendahuluan, sesudah itu kalau sudah rutin, tidak merepotkan bahkan selain mengurangi masalah pembuangan sampah, kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli.

Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik. Hasilnya bunga-bunga berkembang, halaman menjadi asri dan teduh. Hawa menjadi segar karena oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan.

Bagaimana Kompos Terjadi
Sampah organic secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.

Peralatan
Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic. Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.

Cara Pengomposan

- Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
- Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan .
- Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
- Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
- Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.

Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.
Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian.

Penutup
Apabila setiap rumah tangga melakukan pemilahan sampahnya: yang organic dijadikan kompos, yang non-organik disedekahkan kepada pemulung, maka pemerintah tinggal mengelola sisanya yang 10% saja,yang tidak dapat didaur ulang. Alangkah senangnya pemulung, kalau penghuni rumah sudah memilah sampahnya, sehingga mereka tinggal mengambil kertas, plastic dsb. yang tidak dikotori sisa makanan, tanpa mengobrak-abrik bak sampah (maaf) berebutan dengan anjing dan kucing. Jam kerjanya akan lebih pendek, uang yang diperoleh akan lebih banyak.
Pembuatan kompos ini dapat pula dilakukan secara kolektif, apabila keadaan tidak memungkinkan. Misalnya perumahan padat penduduk, atau apartemen. Pengelolaannya dapat diserahkan kepada RW atau pihak swasta. Namun masing-masing rumah tangga tetap harus melakukan pemilahan sampahnya. Sehingga tidak perlu lagi ada TPA yang memerlukan tanah luas dan menimbulkan masalah pencemaran, bahaya longsor, pendangkalan sungai, penyakit dsb.

Marilah…..kita menjadi pelopor, penggerak keluarga dan masyarakat di sekitar kita.
Selain ikut memelihara lingkungan hidup, juga beribadah.
Mulailah dari yang kecil.
Mulailah dari diri sendiri.
Mulailah sekarang juga.

ajakan dari:
Djamaludin Suryohadikusumo
mantan mentri kehutanan RI

Sampah, Kompos, Bahan Bakar, dan Listrik


Mmm, masih ingat saat Bandung dipenuhi sampah? Ingat bahwa sampah pernah berceceran di sepanjang Jalan Dago? Bahkan di pintu masuk Kota Bandung sekalipun (Pasteur), sampah menggunung hingga mengambil sediki ruas jalan di sekitar ramp Pasupati. Dan baunya itu yang gak nahan! Sekali kena air lindi, roda mobil Anda akan bau berhari-hari. Untungnya waktu itu presiden kita langsung ngasih titah untuk bikin TPA baru, walaupun agak jauh jaraknya dari Bandung. Mungkin ngga yaa masalah itu keulang lagi? MUNGKIN! Trus gmn dong?
Liat kan gambar di atas? Kalo kita ngga secepetnya cari cara menanggulangi atau memanfaatkan sampah, dijamin keadaan kayak gini bakal segera terulang..
“Btw.. berbicara tentang air lindi, ada yang ingat berapa indeks BOD dan COD dalam air lindi?? Apa teman-teman pernah membayangkan apabila air lindi itu masuk ke dalam tanah, lalu masuk meresap hingga ke sumur-sumur penduduk?? Dengan BOD dan COD yang sedemikian tingginya, kira-kira apa yang bakal terjadi??”
Kemarin saya baru saja melihat beberapa artikel bagus soal ‘waste utilization’, kira-kira artikel tersebut ngasih saran begini soal bagaimana caranya memanfaatkan sampah agar bisa menghasilkan energi.

Cara memanfaatkan sampah paling jadul: jadikan KOMPOS aja!

Cara ini cukup berarti lho.. sampah yang bisa dikurangin dengan cara ini cukup banyak kok. Dan teknologinya sederhana. Buktinya Divisi Workshop HIMATEK aja bisa bikin dan ngasih penyuluhan.
Membuat KomposPupuk Kompos

Sampah bisa dijadiin bahan bakar.

Pada dasarnya sampah itu tergolong dalam kategori biomassa (terutama sampah organik). Belakangan banyak diomongin kan? Biomassa bisa digunakan sebagai bahan bakar walaupun nilai kalornya cukup jauh di bawah bahan bakar minyak. Tapi dengan dilakukan pencampuran (dengan batubara misalnya), terbukti kalo biomassa bisa dijadikan bahan bakar alternatif masa depan. nah, kalo biomassanya sampah, gimana cara ngolahnya biar jadi energi? Inget kuliah SU II nggak? Pas Pak Heri ngejelasin tentang proyeknya soal gasifikasi? Sampah sendiri bisa dijadikan bahan bakar kompor gasifikasi (jadi kayak propan buat elpiji gt..). Lumayan cemerlang kan idenya? Kalo berhasil,yakin bisa ngurangin sampah banyak banget yang berarti bisa menghasilkan energi yang banyak juga. Apalagi bisa dibilang ini merupakan sumber energi terbarukan kan? Semester lalu, saat saya sedanggroup meeting penelitian di kampus saya, ada anak S2 yang penelitiannya tentang ini, dan dia rencananya memanfaatkan sampah rumah tangga. Kebayang kan betapa cara ini bisa ngurangin sampah berapa banyak? Berikut diagram alir gasifikasi biomassa (biomassanya dianggap sampah yaa) dan gasifiernya:
Diagram Proses
Bahan Bakar

Salah satu cara paling revolusioner menurut penulis, perkenalkan: PLTSa!

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) baru ada satu unit di Indonesia. Dan harusnya Bandung bangga dengan adanya teknologi ini di sana (or should i say ‘di sini’? hehe..). Yep, pembangkit listrik tenaga sampah pertama resmi dibuka akhir september kemaren. Dimana sih? PLTSa pertama ini terletak di TPA Babakan di Desa Babakan Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. PLTSa ini berkapasitas sekitar 500 kW dimana sampah yang akan diolah sekitar 30-50 ton per hari (WOW!!). Pembangunan PLTSa Babakan ini merupakan pilot project implementasi pemusnahan sampah di Indonesia dalam bentuk pembangkit listrik tenaga non-komersial. Proyek ini juga merupakan bentuk dari CSR PT PLN. Desain sistem ini sepenuhnya dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB Bandung (akhirnya kita bisa berguna juga buat masyarakat..). Adanya PLTSa ini diharapkan menjadi salah satu cara memperpanjang umur TPA di sekitar Bandung.
Kepala LPPM ITB, Dr. Ir. Ari Darmawan Pasek ngomong gini soal PLTSa ini:
“Pada dasarnya PLTSa ini merupakan PLTU berbahan bakar sampah. Turbin uap yang digunakan akan berbentuk condensing type diproduksi oleh PT NTP (NUsantara Turbin dan Propulsi) sementara generatornya diciptakan oleh PT Pindad.” (Teringat sesuatu? hahaha kalo turbin uap, siklus apa yaa? hahaha..)
Sayang penulis belum mendapat gambar yang menunjukkan PLTSa ini. Namun diyakini, dengan adanya PLTSa ini, permasalahan sampah sedikit demi sedikit akan berkurang. Semoga segera tumbuh PLTSa-PLTSa yang lain di seluruh Indonesia.
Gimana? menurut temen-temen cara2 di atas bisa dilakukan nggak? PASTI BISA!! apalagi sama kita yang notabene ngerti tentang prosesnya bla.. bla.. bla..
Hanya mencoba sedikit berguna bagi bangsa..

MEMBUAT PUPUK KOMPOS DARI KOTORAN SAPI

Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan bahan organik atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan kompos ini adalah kotoran sapi dan bahan seperti serbuk gergaji atau sekam, jerami padi dll, yang didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme dalam tanah (misalnya stardec atau bahan sejenis) ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan kompos, selain ditambah serbuk gergaji, atau sekam, jerami padi dapat juga ditambahkan abu dan kalsit/kapur. Kotoran sapi dipilih karena selain tersedia banyak di petani/peternak juga memiliki kandungan nitrogen dan potassium, di samping itu kotoran sapi merupakan kotoran ternak yang baik untuk kompos. Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk sudah dilakukan petani secara optimal di daerah-daerah sentra produk sayuran. Sayangnya masih ada kotoran ternak tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber pupuk. Keluhan petani saat terjadi kelangkaan atau mahalnya harga pupuk non organik (kimia) dapat diatasi dengan menggiatkan kembali pembuatan dan pemanfaatan pupuk kompos. Proses Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses pengubahan limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktivitas biologis pada kondisi yang terkontrol. Bahan yang diperlukan adalah kotoran sapi : 80 83%, serbuk gergaji (bisa sekam, jerami padi dll) : 5%, bahan pemacu mikroorganisame : 0.25%, abu sekam : 10% dan kalsit/kapur : 2%, dan juga boleh menggunakan bahan-bahan yang lain asalkan kotoran sapi minimal 40%, serta kotoran ayam 25 % Tempat pembuatan adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4 bagian (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Prosesing pembuatannya adalah pertama kotoran sapi (fases dan urine) diambil dari kandang dan ditiriskan selama satu minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai + 60%, kemudian kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut dipindahkan ke lokasi 1 tempat pembuatan kompos dan diberi serbuk gergaji atau bahan yang sejenis seperti sekam, jerami padi dll, serta abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai dosis, selanjutnya seluruh bahan campuran diaduk secara merata. Setelah satu minggu di lokasi 1, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga mencapai 70 derajat celcius untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan dapat bebas dari biji gulma. (Untuk informasi lebih lengkapnya silahkan berlangganan Tabloid SINAR TANI. SMS ke : 0815 8441 4991)

PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN TERNAK SEBAGAI PUPUK ORGANIK


Hasil penelitian BPTP Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh sariubang, dkk (2002) melaporkan bahwa pemberian pupuk organic 2 ton + 105,6 Kg Urea + 100 kg ZA + 33,3 Kg KCI dapat menghasilkan gabah 6,38 ton/ha. Sementara pemberian 2 ton pupuk organik dan pengurangan pupuk an organic 75 kg urea + 50 kg ZA + 25 Kg SP-36 + 25 Kg KCI menghasilkan gabah 5,6 ton/ha.

Adapun komposisi unsure hara yang terkandung dalam pupuk organic yang bersal dari kompos ternak dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3.  Komposisi unsure hara pupuk organic yang berasal dari kompos ternak sapi.
Unsur HaraJumlah (%) 
1. Nitrogen (N)
2. Fosfat (P2O5)
3. Kalium (K2O)
4. C Organik
5. Magnesium (MgO)
6. C/N ratio
0,7 – 1,3
1,5 – 2,0
0,5 – 0,8
10,0 – 11,0
0,5 – 0,7
14,0 – 18,0
Sumber BPTP Sulawesi Selatan
Pelaksanaan kegiatan integrasi sapid an padi dilahan sawah perlu dilakukan secara berkelompok, supaya pengandangan ternak dan proses pembuatan pupuk organic, lebih efisien. Misalnya satu kelompok terdiri dari 8 peternak (KK) dengan pemilikan ternak rata- rata 2-4 ekor sapi, setiap hari tenaga kerja yang terlibat rata- rata 2 orang, dan waktu efektif yang dicurahkan untuk memberi pakan dan air minum berkisar antara 2-4 jam/hari.
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 1. Setelah Panen Meninggalkan Hamparan Jerami Padi yang tidak dimanfaatkanGambar 2. Tumpukan Jerami Padi yang Akan Difermentasi untuk Pakan Ternak Sapi
Gambar 3Gambar 4
Gambar 3. Proses FermentasiGambar 4. Jerami Padi yang Sedang Dalam Proses Fermentasi
Gambar 5Gambar 6
Gambar 5. Jerami yang sudah Difermentasi Siap Diberikan pada Ternak SapiGambar 6. Sapi yang sedang Makan Jerami yang sudah di Fermentasi
Gambar 7Gambar 8
Gambar 7. Sapi yang sedang Diberi Pakan Jerami Dikandangkan Secara KolektifGambar 8. Kotoran Ternak Sapi Ditampung untuk Dikomposkan dan Dijadikan sebagai Pupuk Organik pada Padi
ANALISA EKONOMI
Untuk mengetahui tingkat pendapatan ternak dengan pemanfaatan jerami fermentasi sebagai pakan ternak sapi dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4.  Analisa ekonomi pemeliharaan sapi selama 6 bulan dengan pakan jerami fermentasi di Kabupaten Takalar.

UraianPerlakuan
Jerami Fermentasi (Rp)Kontrol (Rp) 
Biaya Produksi
- Ternak Bakalan1.500.0001.500.000
- Pakan216.000-
- Obat-obatan25.00025.000
- Tenaga Kerja5.000100.000
- Penyusutan2.000-
- Pemasaran15.00015.000
Total1.763.0001.640.000
Penjualan2.661.0002.040.000
Keuangan898.000400.000
B/C Ratio1,5091,243
Sumber : Sariubang, dkk (2003)
Pemberian jerami fermentasi ditambah dengan dedak, bungkil jagung dan bungkil kelapa (6:3:1) yang diberikan sebanyak 1% dari berat badan ternak, mampu memberikan keuntungan sebesar Rp, 898.000 lebih besar daripada control  (cara petani) yang hanya berkisar Rp. 400.000.

Pupuk Kompos dari Kotoran Sapi


Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme.
Proses
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses pengubahan limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktivitas biologis pada kondisi yang terkontrol. Bahan yang diperlukan adalah kotoran sapi 80-83%, serbuk gergaji (bisa sekam, jerami padi, dll) 5%, bahan pemacu mikroorganisme 0,25%, abu sekam 10%, kalsit/kapur 2%, dan boleh menggunakan bahan-bahan yang lain asalkan kotoran sapi minimal 40%, serta kotoran ayam 25%.
Tempat pembuatan adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4 bagian (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung.
Proses pembuatannya adalah pertama kotoran sapi (feses dan urin) diambil dari kandang dan ditiriskan selama satu minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai ±60%, kemudian kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut dipindahkan ke lokasi 1 tempat pembuatan kompos dan diberi serbuk gergaji atau bahan yang sejenis seperti sekam, jerami padi dll, serta abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai dosis, selanjutnya seluruh bahan campuran diaduk secara merata. Setelah satu minggu di lokasi, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga mencapai 70 derajat Celcius untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan dapat bebas dari biji gulma.
Selanjutnya setelah seminggu di lokasi 2 dilakukan kembali pembalikan untuk dipindahkan ke lokasi 3 dan dibiarkan selama satu minggu, dan setelah satu minggu di lokasi 3 kemudian dilakukan pembalikan untuk dibawa ke lokasi 4. Pada tempat ini kompos telah matang dengan warna pupuk coklat kehitaman bertekstur remah dan tidak berbau. Kemudian pupuk diayak/disaring untuk mendapatkan bentuk yang seragam serta memisahkan dari bahan yang tidak diharapkan (misalnya batu, potongan kayu, rafia, dll) sehingga kompos yang dihasilkan benar-benar berkualitas. Selanjutnya pupuk organik kompos siap diaplikasikan sebagai pupuk organik berkualitas pengganti pupuk kimia.
Manfaat
Manfaat dari penggunaan pupuk kompos pada lahan pertanian adalah mampu menggantikan atau mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (non organik) sehingga biaya pembelian pupuk dapat ditekan. Selain itu manfaat yang lain adalah dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan olah tanaman, disamping itu juga dapat menghasilkan unsur hara mikro yang lain seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Sedangkan manfaat khusus bagi peternak, yaitu bahwa pola pemeliharaan ternak (usaha budidaya) menjadi lebih sehingga pengelolaan ternak untuk tujuan produksi dan reproduksi akan lebih optimal.
Sumber:
Medionovianto, D. 2008. Membuat Pupuk Kompos dari Kotoran Sapi. Tabloid Sinar Tani. Jakarta.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Cara Mudah Membuat Kompos

kompos


Tidak banyak yang menyadari bila setiap hari kita memproduksi sampah yang jumlahnya terus meninggi.  Dan, kita juga tidak banyak menyadariya kian hari  kian sulit untuk membuang sampah.


Karena volume yang terus meninggi, lahan TPA (tempat pembuangan akhir sampah) cepat habis. Dan untuk memperluasnya tidaklah mudah. Reaksi warga di sekitar TPA  juga keras ketika mendengar ada rencana perluasan.

Mencari lahan TPA baru, terutama di kota-kota besar di Pulau Jawa lebih  sulit lagi. Warga sekitar  dengan keras selalu menolaknya. Mereka tidak rela bila pemukiman berdekatan dengan  tumpukan sampah. Ya.. siapa yang mau hidup  di lingkungan yang hampir tiap hari menghirup udara busuk.

Ada satu cara untuk menanggulangi makin menggunungnya sampah. Jika setiap rumah  tangga  memanfaatkan sampah organiknya untuk pupuk alami (kompos) bisa dihitung berapa pengurangan volume sampah yang terjadi.

Membuat pupuk kompos sendiri dari sampah organik tidaklah sulit. Berikut ini adalah cara membuat kompos.

1. Kompos Jadi Siap Pakai
Kompos alami banyak terdapat di lahan-lahan yang sebelumnya menjadi tempat pembangan sampah organik. Untuk mendapatkannya : 
  1. Gali tumpukan sampah (garbage atau sampah lapuk) yang sudah seperti tanah
  2. Pisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat lapuk
  3. Jemur sampai kering, lalu ayak
  4. Bubuhkan 50 - 100 gram belerang untuk setiap 1 kg tanah sampah.


Bahan:
  1. 2 1 /4 hingga 4 m3 sampah lapuk (garbage)
  2. 6,5 m3 kulit buah kopi
  3. 750 kg kotoran ternak memamah biak (± 50 kaleng ukuran 20 liter)
  4. 30 kg abu dapur atau abu kayu

Cara Membuat
  1. Buatlah bak pengomposan dari bak semen. Dasar bak cekung dan melekuk di bagian tengahnya. Buat lubang pada salah satu sisi bak agar cairan yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan.
  2. Atau buatlah bak pengomposan dengan menggali tanah ukuran 2,5 x 1 x 1 m (panjang x lebar x tinggi). Tapi hasilnya kurang sempurna dan kompos yang dihasilkan berair dan lunak.
  3. Aduk semua bahan menjadi satu kecuali abu. Masukkan ke dalam bak pengomposan setinggi 1 meter, tanpa dipadatkan supaya mikroorganisme aerob dapat berkembang dengan baik. Kemudian taburi bagian atas tumpukan bahan tadi dengan abu.
  4. Untuk menandai apakah proses pengomposan berlangsung dengan balk, perhatikan suhu udara dalam campuran bahan. Pengomposan yang baik akan meningkatkan suhu dengan pesat selama 4 - 5 hari, lalu segera menurun lagi.
  5. Tampunglah cairan yang keluar dari bak semen. Siram ke permukaan campuran bahan untuk meningkatkan kadar nitrogen dan mempercepat proses pengomposan.
  6. 2 - 3 minggu kemudian, balik-balik bahan kompos setiap minggu. Setelah 2 -3 bulan kompos sudah cukup matang.
  7. Jemur kompos sebelum digunakan hingga kadar airnya kira-kira 50 -60 % saja.
  8. Kalau di daerah kita tidak tersedia kulit buah kopi, cara ke II dapat diadaptasi dengan menggantikan kulit buah kopi dengan hijauan seperti Iamtoro ataulainnya.


2.  Kompos Sistem Bogor
Bahan :
  1. Sampah mudah lapuk (garbage)kompos-3
  2. Jerami yang sudah bercampur dengan kotoran dan air kencing ternak.
  3. Kotoran ternak memamah biak
  4. Abu dapur atau abu kayu
Cara Membuat:
  1. Timbuni campuran jerami dan sampah setinggi 25 cm di atas bedengan berukuran 2,5 x 2,5 meter.
  2. Timbun lagi campuran kotoran dan air kencing ternak di atas timbunan tadi tipis-tipis dan merata.
  3. Timbun lagi campuran jerami dan sampah-sampah setinggi 25 cm.
  4. Tutup lagi dengan campuran kotoran dan kencing ternak.
  5. Timbun bagian paling atas dengan abu sampai setebal ± 10 cm.
  6. Balik-balik campuran bahan kompos setelah berlangsung 15 hari, 30 hari dan 60 hari.
  7. Setelah di proses selama 3 bulan kompos biasanya cukup matang.
  8. Agar pengomposan berhasil, buatlah atap naungan di atas bedengan pengomposan sebab air hujan dan penyinaran langsung matahari dapat menggagalkan proses pengomposan.

3. Kompos Sistem Terowongan Udara
Membuat kompos dengan sistem terowongan udara, yaitu dengan menumpukkan daun-daun, potongan rumput dan bahan lain di atas segitiga panjang yang terbuat dari bambu atau kayu.

Bahan :
  1. Daun, rumput
  2. Sampah organik

kompos_saringCara membuat:
  1. Buat terowongan segitiga.
  2. Terowongan udara terbuat dari bambu atau kayu berukuran kira kira : tinggi 20 cm, panjang 1.5 - 2 meter. Buatlah dua buah dan letakkan berdampingan.
  3. Tumpuklah daun dan  bahan yang lain diatas satu terowongan udara & biarkan yang satunya.
  4. Tambahkan bahan & siram dengan air secara teratur setiap hari agar tumpukan tetap lembab.
  5. Setelah bagian bawah mulai menghitam (seperti tanah), baliklah tumpukan keatas terowongan udara yang satunya. Tumpuk bahan yang baru di atas terowongan yang lama.
  6. Jaga kelembaban tumpukan dengan menyiramnya secara teratur & biarkan sampai menjadi kompos (kira-kira 6 minggu atau warnanya kehitaman semua).
  7. Setelah bahannya menjadi kompos, bisa digunakan untuk kebun. Ulangi lagi proses diatas, supaya anda selalu punya kompos.
  8. Kompos yang anda buat sendiri ini bisa digunakan untuk kesuburan tanah dan kesehatan tanaman anda.



4. Kompos Rumah Tangga
Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses penguraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban.

Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.

Bahan
kompos-4
  1. Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic.
  2. Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu.
  3. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.

Cara Membuat
  1. Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
  2. Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan .
  3. Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
  4. Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
  5. Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.
  6. Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.
  7. Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian.
*dari berbagai sumber
 

PEMBUATAN KOMPOS DARI SAMPAH RUMAH TANGGA

Sampah Rumah Tangga terdiri dari sampah organik dan anorganik.
Sampah organik dibagi dua yaitu :
  1. Sampah Organik Hijau (sisa sayur mayur dari dapur)
    Contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah dari kebum (rumput, daun-daun kering/basah) .
  2. Sampah Organik Hewan yang dimakan seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya.
Sampah anorganik yaitu berupa bahan-bahan seperti kertas, karton, besek, kaleng, bermacam-macam jenis plastik, styrofoam, dll.
Sampah organik hijau dipisahkan dari sampah organik hewan agar kedua bahan ini bisa diproses tersendiri untuk dijadikan kompos. Sedangkan sampah anorganik berupa plastik dikurangi pemakaiannya, memakai ulang barang-barang yang diperlukan, didaur ulang, yang masih bersih dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung.
Sampah anorganik yang dapat didaur ulang misalnya :
- kemasan-kemasan plastik untuk dijadikan tas.
- Botol plastik bekas dapat dibuat menjadi tutup gelas.
- Gelas plastik bekas dapat dibuat pot-pot tanaman
Sampah yang bersih dapat dijual/diberikan pada pemulung. Misalnya karton, kardus, styrofoam, besek, botol, plastik-plastik kemasan makanan, kantong-kantong plastik, koran, majalah, kertas-kertas, dan sebagainya. Jenis-jenis yang bersih ini pisahkan dalam satu kantong, langsung saja diberikan pada pemulung tanpa dibuang ke bak sampah terlebih dahulu.
Sampah yang benar-benar kotor dan kita tidak bisa mendaur ulang, tidak layak diberikan pada pemulung. Inilah yang dibuang dalam bak sampah. Dengan demikian kita dapat membantu mengurangi volume sampah yang dibuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Mendaur Ulang Sampah Dapur Rumah Tangga
Alternatif 1 :
Siapkan :
  1. Kardus
  2. Bantalan yang dibuat dari sabut kelapa yang dibungkus dengan kasa nyamuk plastik
  3. 5-6 kg kompos yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan
  4. Sampah yang telah dipotong-potong ukuran 2 – -4 cm
  5. Alat pengaduk
  6. Karung plastik yang berpori-pori (untuk membungkus kardus) atau keranjang tempat cucian baju kotor (takakura).
Cara membuat :
  1. Letakkan bantalan sabut kelapa diatas adukan kompos + sampah
  2. Lakukan lapis demi lapis sampai kardus penuh. Kardus disimpan di dalam keranjang (takakura) atau bungkus dengan karung plastik yang berpori. Letakkan ditempat yang tidak terkena hujan dan terik matahari. Setiap 3-4 hari dibuka dan diaduk-aduk, lakukan terus sampai seluruh sampah menjadi hitam, hancur.
  3. Sampah telah berubah menjadi kompos siap pakai/dijual. (untuk dijual, diayak terlebih dahulu). Jika kardus pertama penuh, buatlah kardus kedua, dst.
Alternatif 2 :
  1. Wadah drum, ember plastik atau gentong
  2. Wadah diberi lubang didasarnya untuk pertukaran udara
  3. Bahan sampah yang dipotong 2 �?? 4 cm
  4. Mikroorganisma pengurai sebagai aktivator. Contohnya EM-4, Starbio, Temban. Bahan-bahan ini bisa diganti dengan kompos dari tumbuh-tumbuhan.
  5. Air
  6. Alat pengaduk.
Cara membuat :
  1. Bahan sampah dimasukkan didalam wadah selapis, kemudian ditambahkan kompos atau mikroorganisma pengurai
  2. Lakukan terus menerus selapis demi selapis sampai wadah penuh
  3. Disiram dengan air secara merata
  4. Pada hari ke 5 -7, media dapat diaduk-aduk. Pengadukan diulang setiap lima hari dan dihentikan sampai sampah menjadi hitam dan hancur.
  5. Sampah telah berubah menjadi kompos.
Catatan :
Pengaturan suhu merupakan faktor penting dalam pengomposan. Salah satu faktor yang sangat menentukan suhu adalah tingginya tumpukan. Tumpukan lahan yang terlalu rendah akan berakibat cepatnya kehilangan panas. Ini disebabkan tidak adanya cukup material untuk menahan panas yang dilepaskan sehingga mikroorganisma tidak akan berkembang secara wajar. Sebaliknya bila timbunan terlalu tinggi, akan terjadi kepadatan bahan organic yang diakibatkan oleh berat bahan sehingga suhu menjadi sangat tinggi dan tidak ada udara di dalam timbunan. Tinggi timbunan yang memenuhi syarat adalah 1,2 �?? 2,0 meter dan suhu ideal selama proses pengomposan adalah 40 derajat-50 derajat C.
Untuk mempercepat terjadinya proses pengomposan, maka pH timbunan harus diusahakan tidak terlalu rendah. Namun, pH timbunan yang rendah dapat dicegah dengan pemberian kapur, abu dapur atau abu kayu.
Bahan mentah yang baik untuk penguraian atau perombakan berkadar air 50 �?? 70 %. Bahan dari hijauan biasanya tidak memerlukan tambahan air, sedangkan cabang tanaman yang kering atau rumput-rumputan harus diberi air saat dilakukan penimbunan. Kelembaban timbunan secara menyeluruh diusahakan sekitar 40 �?? 60 %.
Pada saat pengomposan akan timbul asap dari panas yang dikeluarkan. Hal ini akan mengakibatkan timbunan bahan menjadi kering. Agar hal ini dapat diketahui sedini mungkin, ke dalam timbunan perlu ditancapkan bambu panjang.
Oleh Giacinta Hanna – untuk kebonkembang.com