Sabtu, 12 November 2011

Mengkomposkan Seresah, Rumput, dan Daun


Memotong rumput atau menyapu halaman adalah aktivitas rutin masyarakat, khususnya orang yang memiliki halaman luas. Aktivitas ini juga merupakan aktivitas rutin petugas-petugas kebersihan kantor-kantor. Petugas kebersihan DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) hampir setiap hari menyapu jalan-jalan dan taman-taman kota. Sebagian besar sampah-sampah yang mereka kumpulkan adalah sampah organik. Kalaupun ada sampah non organik jumlahnya kecil dan mudah dapat dipisahkan. Sampah-sampah ini sangat potensial untuk dibuat kompos.

DKP potong rumput
Petugas kebersihan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan sedang memotong rumput. Sisa pangkasan rumput ini potensial untuk dijadikan kompos.

Manfaat Mengkomposkan Seresah, Rumput, dan Daun

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan mengkomposkan sisa potongan rumput, seresah, dan daun ini.
dedaunan
dedaunan 2
Simpah-sampah daun dan rumput untuk dikomposkan.

1. Mengurangi Volume Sampah yang dibuang di TPA

Karena sampah dikomposkan di tempat di mana kompos tersebut diambil, maka dengan sendirinya volume sampah yang diangkut ke TPA akan berkurang. Saya sendiri belum pernah punya kesempatan untuk menghitung berapa volume sampah organik yang disapu oleh petugas DKP setiap pagi. Tapi yang jelas jumlahnya cukup besar.

2. Menghemat Sumber Daya

Berkurangnya volume sampah yang diangkut ke TPA juga mengakibatkan implikasi lain. Misalnya: berkurangnya armada angkutan yang dibutuhkan, berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan, menghemat bahan bakar. Semua ini akan menghemat biaya yang diperlukan untuk pengelolaan sampah. Namun saya belum punya kesempatan untuk menghitungnya. (Saya berharap suatu saat nanti punya kesempatan untuk menghitungnya.)

3. Peningkatan Nilai Tambah Sampah

Sampah indentik dengan bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Memang stigma ini tidak sepenuhnya salah. Namun, dengan membuat sampah organik menjadi kompos akan memberikan nilai tambah bagi sampah. Kompos memiliki nilai dan tidak berbau. Cobalah anda datang ke penjual bunga yang banyak ditemui di pinggir-pingir jalan protokol dan tanya berapa harga sekantong kompos. Itulah nilai kompos. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah siapa yang mau membeli kompos dari sampah tersebut?

4. Menyuburkan Tanah dan Tanaman

Untuk point ini tidak ada yang meragukan manfaat tanah bagi tanah maupun tanaman. Lihat tulisan saya di link ini .

5. Manfaat untuk Lingkungan

Banyak orang yang menuding bahwa salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah karena penanganan sampah yang kurang baik. Mengolah sampah menjadi kompos diharapkan akan membantu menyelamatkan lingkungan.

Prosedur Pengolahan Sampah Menjadi Kompos

Prosedur pengolahan sampah organik ini mengambil cara yang dilakukan di kantor kami, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Kepala Balai, Dr. Darmono Taniwiryono membuat kebijakan bahwa semua sampah organik tidak boleh dibakar, tidak boleh dibuang sembarangan, dan harus dibuat kompos. Cara pembuatannya sangat sederhana. Peralatan yang dibutuhkan pun juga sederhana dan murah.
Peralatan:
  1. Kantong Pengomposan
  2. Kantong plastik bisa menggunakan kantong mulsa hitam yang banyak dijual di pasaran. Atau bisa juga dibuat dari terpal plastik. Kantong ini berfungsi sebagai tempat pengomposan. Di kantong ini dibuat beberapa lubang, beberapa lubang di bagian bawah sebagai tempat pengeluaran air dan beberapa lubang di samping untuk aerasi. kantong plastik pengomposan Kantong plastik untuk tempat pengomposan.
  3. Tali/Tambang
  4. Tambang uuntuk mengikat kantong plastik.
  5. Ember
  6. Ember untuk mengencerkan PROMI.
  7. Parang, Cangkul, dan peralatan pendukung lainnya
  8. Peralatan ini digunakan untuk memperlancar pembuatan kompos ini.
Peralatan ini dengan asumsi bahwa sampah sudah tersedia, jadi tidak memasukkan mesin potong rumput, sabit, kerangjang sampah, truk, dll.
Bahan:
  1. Sampah Organik
  2. Sudah jelas. Kalau belum ada sampahnya ya… cari dulu.
  3. PROMI
  4. Aktivator untuk mempercepat proses pengomposan. Bisa saja anda tidak menggunakan aktivator tetapi waktu yang dibutuhkan jauh lebih lama, bisa beberapa bulan.
  5. Air
  6. Air berguna untuk mengencerkan PROMI dan membasahi sampah organik.

Tempat Pengomposan

Tempat pengomposan sebaiknya diletakkan di lokasi yang teduh dan cukuup lembab.

Tahapan Pengomposan

  1. Pengumpulan Sampah Organik
  2. Sampah organik dikumpulkan. Jika sampah organik kering, perlu diberi air agar basah dan lembab. Pada dasarnya sampah tidak perlu dicacah, tetapi sampah yang ukurannya besar perlu dipotong-potong terlebih dahulu,misalnya: batang pisang, tangkai yang panjang, dahan, ranting, dll. Ukuran sampah harus cukup kecil sehingga cukup masuk ke kantong.
  3. Pemasukan Sampah ke dalam Kantong
  4. Secara bertahap sampah dimasukkan ke dalam kantong. Masukkan kurang lebih 10 cm dari dasar kantong. Kemudian siramkan secara merata larutan PROMI. Masukkan kembali selapis sampah dan siramkan kembali larutan PROMI. Ulangi langkah-langkah ini hingga kantong penuh. kompos daun Memasukkan dedaunan ke dalam kantong.
  5. Inkubasi
  6. Tutup rapat kantong dengan tali plastik. Kemudian dibiarkan kurang lebih 3 – 6 minggu hingga kompos matang. pengomposan
  7. Panen Kompos
  8. Panen dilakukan setelah kompos matang. Kompos bisa saja langsung digunakan untuk memupuk tanaman-tamanan di taman atau dijual. Jika kompos akan dijual perlu diolah terlebih dahulu, seperti dijemur, dicacah, dan diayak. kompos matang Kompos yang sudah matang
Mudah sekali bukan. Selamat mencoba dan jadikan bumi ini lebih indah.

Foto-foto:
potong rumput di taman jalan
Sampah rumput dari pemotongan ini potensial untuk kompos. Latakkan saja kantong plastik besar di salah satu sudutnya. Biarin saja sudah jadi kompos. Ngak perlu dibawa ke TPA. Kalau sudah jadi kompos dipupukkan lagi ke pohon-pohon di taman tersebut. Referensi lain yang mungkin juga Anda perlukan. Rekomendasi link: Free Ebooks.

Pusat Pembuatan Pupuk Kompos USU Diresmikan

Pusat Pembuatan Pupuk Kompos (Compost Centre) Universitas Sumatera Utara bantuan Jepang yang berada di Fakultas Pertanian (FP) diresmikan pada hari Rabu tanggal 15 Juli 2009. Peresmian yang ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Rektor USU, Chairuddin P. Lubis, Konjen Ketua Perhimpunan Alumni dari Jepang (Persada) Sumut, Darwin Dalimunthe juga dihadiri oleh Walikota Medan, Afifuddin Lubis, Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang (PPIJ), Sjahril Pasaribu, Dekan Fakultas Pertanian USU, Zulkarnain Nasution, dan Sekretaris Persada Sumut, Yuddi Adrian Muliadi.
Dengan adanya Pusat Pembuatan Pupuk Kompos ini, diharapkan bisa menjadi model sekaligus membangun kesadaran pengelolaan sampah organik. Pusat Pembuatan Pupuk Kompos ini akan menerapkan teknik pembuatan kompos yang disebut metode Takakura. Dengan metode ini pembautan kompos dapat dilakukan di ruang makan rumah. Kekhususan Pusat Pembuatan Pupuk Kompos terletak disitu karena kompos yang dihasilkan tidak berbau dan menimbulkan belatung. Persada Sumut dengan dukungan Fakultas Pertanian USU akan mengadakan kursus dan penyuluhan metode Takakura ini kepada masyarakat Medan, khususnya kalangan ibu rumah tangga di lingkungan universitas ini. Kegiatan pengelolaan sampah organik menjadi kompos diharapkan dapat menjadi model baik dalam penanganan masalah sampah maupun peningkatan kesadaran masyarakat terhadap sampah.
Rektor USU, Chairuddin P. Lubis memohon dukungan Walikota Medan agar membantu pihaknya untuk melaksanakan kegiatan sosialisasi program dan teknik pengelolaan kompos kepada masyarakat Kota Medan dan aparatur pemerintahan, seperti camat, lurah dan lainnya. Bantuan sosialisasi ini dibutuhkan agar masalah penanganan dan kesadaran penanganan sampah di kalangan masyarakat makin meluas.
Usai penandatanganan prasasti, Walikota Medan, Konjen Jepang di Medan, Rektor USU, Ketua Persada dan segenap undangan melihat demonstrasi pembuatan kompos di gedung pengolahan. Di tempat ini, mereka dipandu oleh staf Pusat Pembuatan Pupuk Kompos, Nurzainah Ginting. Di akhir acara, keempatnya juga melakukan penanaman pohon di sekitar gedung Pusat Pembuatan Pupuk Kompos.

Pupuk Kompos Solusi Atasi Persoalan Sampah

SUKAMARA--BN: SAMPAH menjadi persoa­lan serius di semua daerah, baik yang sudah ma­ju maupun baru ber­kem­bang. Penanganan sampah yang sa­lah bisa berakibat fatal, khusus­nya bagi lingkungan.
Faktor inilah yang disadari Fah­ru Rozi, seorang aktivis ling­kungan di Sukamara, Kabu­pa­ten Sukamara...
Berbekal keahlian yang diper­oleh saat kuliah di salah sa­tu uni­versitas di Yogyakarta, Dae­rah Istimewa Yogyakarta, be­berapa waktu lalu, Fahru pun mulai mengembangkan pengolahan sampah organik.
Dia mengolah sampah de­dau­­nan dan kotoran hewan men­­jadi pupuk kompos.
Selain bisa menjaga lingku­ngan, hasil olahan sampah or­ganik itu diharapkan berman­faat bagi masyarakat. Khusus­nya dalam meningkatkan jumlah produksi tanaman.
Dia jua berharap, pengolahan sam­pah organik ini menjadi sa­lah satu solusi untuk menga­ta­si masalah sampah di masa men­datang, saat Kabupaten Su­kamara siap menjadi kota be­sar.
“Kami memulai program untuk me­ngenalkan dan mengo­lah kom­pos ini pada 2010. Di­harapkan hal ini bisa dijadi­kan percontohan bagi warga Su­kamara dalam menghadapi lon­jakan sampah di masa menda­tang. Dengan mengenalkan pro­ses pembuatan kompos ini, ka­mi berharap ketergantungan pe­tani terhadap pupuk kimia bi­sa di kurangi,” tutur Fahru yang juga aktivis sekaligus ins­truk­tur pengolahan kompos da­ri OF-UK.
Dia mengungkapkan, sampah yang diolah menjadi kompos berasal dari sisa sayuran busuk di pasar, kotoran hewan, dan sampah dedaunan, ki­ri­man dari kantor lingkungan hi­dup (KLH). Setiap hari Fahru bi­sa mengolah dan melakukan frag­mentasi sampah organik men­­jadi pupuk kompos hingga 3,5 meter kubik.

Pelajaran muatan lokal
Karena ketekunannya dalam mem­berikan penyuluhan, pela­ja­ran pengolahan kompos pun menjadi salah satu satu pelajaran muatan lokal di Sekolah Me­nengah Kejuruan (SMK) Per­tanian Sukamara.
Selain itu, ketergantungan masyarakat terhadap pupuk ki­mia secara perlahan sudah mulai berkurang.
Sebagai daerah percon­tohan, Fahru melakukan pendampi­ngan pembuatan pukuk orga­nik di empat desa, yaitu Sungai Pa­sir, Natai Sedawak, Pudu dan Kar­tamualia.
Rencananya, apabila proyek pembuatan pupuk itu tidak diperpanjang oleh LSM tempatnya bekerja, lahan percontohan yang dibuat akan diserahkan ke­­pada Pemerintah Kabupaten Sukamara. Diharapkan suatu saat lahan percontohan itu bisa menjadi kawasan agrowisata sekaligus percontohan pengolahan kompos. (B-3)

Petani Tolak Pupuk Kompos

LIWA–Sosialisasi tentang penggunaan pupuk kompos oleh Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Barat (Lambar) untuk merubah pola pikir dan ketergantungan masyarakat petani dalam menggunakan pupuk kimia, belum dapat diterima dan dilaksanakan sepenuhnya oleh petani yang ada di kabupaten tersebut.
Kabid Bina Usaha Pertanian Oni Saragih mendampingi Kepala Dinas Pertanian Ir Noviardi Kuswan mengatakan, pihak Dinas Pertanian sudah melakukan berbagai upaya untuk merubah pola pikir masyarakat dalam menggunakan pupuk kompos. Karena penggunaan pupuk kompos akan memberikan hasil yang lebih baik dan berpengaruh pada kesuburan tanah.
    Tidak jarang, kata dia, pihak Dinas Perkebunan melakukan sosialisasi agar masyarakat lebih condong menggunakan pupuk kompos dibandingkan dengan pupuk kimia. Namun anemo masyarakat, terutama para petani yang ada di kabupten tersebut untuk menggunakan pupuk kompos, saat ini masih rendah.
    “Kita sudah berupaya untuk menyampaikan ionformasi melalui berbagai sosialisasi yang kita laksanakan untuk mengajak masyarakat menggunakan pupuk kompos. Tapi memang sampai saat masyarakat masih enggan menggunakan pupuk kompos dan lebih cederung kepada penggunaan pupuk kimia,” jelas Oni.
    Sementara keberadaan pupuk memang disubsidi oleh pemerintah. Namun dampak penggunaan pupuk kimia itu sendiri tidak lebih baik dari pupuk kompos, terlebih untuk kesuburan tanah dan peningkatan produksi. Selain itu, kata dia, pupuk kompos lebih mudah didapatkan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di lahan pertanian masyarakat.
    Salah satu contoh, ujar dia, seperti jerami yang sebenarnya bisa digunakan untu pupuk kompos di lahan pertanian padi masyarakat dengan menaburkan jerami itu sendiri ke lahan sawah petani. Jerami itu nantinya akan membusuk dan berfungsi sebagai pupuk kompos dan sangat baik untuk kesuburan tanah dan pertumbuhan padi.
    Namun kebanyakan imbuhnya, petani malah membakar jerami itu sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi menjadi pupuk. “Semestinya jerami itu bisa menjadi pupuk kompos, dan tentunya mudah didapatkan karena ada di lokasi pertanian itu sendiri dan tidak perlu mengeluarkan biaya,” jelas dia lagi.
    Meskipun demikian, dia mengatakan, pihaknya akan terus melaksanakan sosialisasi sehingga masyarakat dapat menerima dan menggunakan pupuk kompos sebagai suplai utama bagi tanaman pertanian masyarakat di daerah tersebut. Mekipun demikian, sosialisasi yang dilaksanakan juga sedikit memberikan hasil karena sudah ada beberapa petani yang sudah mulai menggunakan pupuk kompos, meskipun belum maksimal. (win)

Tata Cara Pembuatan Kompos Cair

Dalam pengolahan kompos ini, peran masyarakat cukup tinggi. Karena budaya ini lebih efektif bila dimulai dari rumah sendiri, yaiu menumbuhkan kebiasaan untuk memisahkan sampah kering (non-organik) dan sampah basah (organik). Kenapa harus dipisahkan? karena kedua sampah tersebut pemanfaatannya berbeda, yakni : sampah kering bisa didaur ulang menjadi berbagai macam barang, sedangkan sampah organik bisa dimanfaatkan menjadi kompos dan pupuk cair. Pupuk yang dihasilkan dari sampah organik ini biasa disebut dengan pupuk organik. Selain menyehatkan lingkungan, keunggulan lain dari pupuk organik ini adalah dapat membantu revitalisasi produktivitas tanah, menekan biaya usaha tani, serta meningkatkan kualitas produk.
Pada dasarnya, sampah organik tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat, tetapi bisa juga dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair ini mempunyai banyak manfaat. Mulai dari fungsinya sebagai pupuk, hingga sebagai aktivator untuk membuat kompos.
Untuk membuat kompos cair dibutuhkan alat atau wadah yang disebut komposter. Yakni sebuah tempat yang dibuat dari tong sampah plastik atau kotak semen yang dimodifikasi dan diletakkan di dalam atau di luar ruangan. Komposter ini bertujuan untuk mengolah semua jenis limbah organik rumah tangga menjadi bermanfaat.
Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengomposan dengan menggunakan komposter, adalah sebagai berikut :
1. Pilih sampah organik seperti sisa makanan, sisa sayuran, kulit buah, sisa ikan, dan daging segar agar terpisah dari sampah. Sampah berupa plastik, kardus bekas minyak, oli, beling, dan air sabun harus dipisahkan agar prosesnya berjalan cepat.
2. Sampah yang berukuran besar seperti batang tanaman, sayuran daun, atau kulit buah yang keras sebaiknya dirajang terlebih dahulu agar pembusukannya sempurna. Selain itu, volume sampah yang terapung juga semakin banyak.
3. Siapkan cairan bioaktivator boisca, yakni salah satu bioaktivator yang bisa digunakan untuk mempercepat proses pengomposan. Bioaktivator ini berfungsi untuk membantu mempercepat proses pembusukan.
Tata cara penggunaannya sebagai berikut, Pertama, siapkan sprayer ukuran 1 liter. Kedua, isi sprayer dengan air. Sebaiknya gunakan air sumur karena tidak mengandung kaporit. Namun, jika ingin memakai air PAM, air tersebut harus diendapkan terlebih dahulu selama satu malam. Tujuannya agar kaporitnya menguap. Pasalnya, kaporit di dalam air bisa mematikan mikroba yang ada di dalam boisca. Ketiga, tambahkan boisca ke dalam sprayer dengan perbandingan 1 liter air ditambah dengan 1-2 tutup botol boisca. Dan, Keempat, kocok-kocok sampai merata. Setelah itu, cairan siap digunakan.
4. Setelah sampahnya terkumpul dan dirajang, masukkan seluruhnya ke dalam komposter, lalu semprotkan boisca hingga merata ke seluruh sampah dan tutup rapat komposter.
5. Pada awal pemakaian, komposter baru bisa menghasilkan lindi (air sampah) atau kompos cair setelah dua minggu. Selanjutnya, pemanenan lindi dilakukan setiap 1-2 hari sekali.
Teknik pembuatan kompos cair ini diungkapkan Sukamto Hadisuwito dalam buku Membuat Pupuk Kompos Cair yang diterbitkan oleh AgroMedia Pustaka. Buku ini berisi tentang tip mengolah sampah di rumah sendiri, jenis-jenis pupuk organik padat dan cair, manfaat pupuk organik cair, serta aplikasi pupuk cair pada tanaman.
Terimakasih, dan selamat mencoba……

Pembuatan Pupuk Kompos (Kompos Jerami dan Bokhasi)

Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian telah melahirkan petani yang sangat tergantung pada pupuk kimia. Di lain pihak, penggunaan lahan secara terus menerus berakibat pada penurunan bahan organik tanah dan bahkan sebagian besar lahan pertanian mengandung bahan organik rendah (< 2 %), padahal kandungan yang ideal adalah > 3 %. Tanah dengan kandungan bahan organik rendah akan berkurang kemampuannya dalam mengikat pupuk kimia, sehingga efektivitas dan efisiensinya menurun akibat pencucian dan fiksasi. Perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan bahan organik tanah dapat dilakukan melalui penambahan bahan organik atau kompos. Namun demikian, kandungan hara pupuk organik tergolong rendah dan sifatnya slow release, sehingga diperlukan dalam jumlah yang banyak.
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara umum, manfaat pupuk organik adalah : memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, meningkatkan daya simpan dan daya serap air, memperbaiki kondisi biologi dan kimia tanah, memperkaya unsur hara makro dan mikro serta tidak mencemari lingkungan dan aman bagi manusia.
Limbah pertanian yang dapat dijadikan sumber pupuk organik adalah jerami padi, sekam/arang sekam, brangkasan kacang tanah dan kedelai, daun dan batang jagung, serbuk gergaji, sampah kota serta kotoran ternak (sapi, kerbau, domba, kambing, ayam). Kandungan hara kotoran ternak dan limbah pertanian sangat beragam, dan begitu juga perbandingan antara karbon dan nitrogen (C/N ratio). Bahan organik yang optimal untuk pembuatan kompos atau pupuk organik secara aerobik memiliki C/N ratio 25-30. Kandungan hara kotoran ternak dan limbah pertanian
II. BIOAKTIVATOR (DEKOMPOSER)
Perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu 3-4 bulan, sehingga upaya pelestarian lahan pertanian mengalami hambatan, apalagi dihadapkan dengan masa tanam yang mendesak untuk menghasilkan produksi tinggi. Residu bahan organik sulit dikonversi menjadi bentuk yang lebih berdayaguna karena dergradasi lignin merupakan pembatas bagi kecepatan dan efisiensi dekomposisi. Dengan demikian diperlukan upaya untuk mempercepat perombakan lignin dan selulosa dengan berbagai dekomposer atau bioaktivator.
Saat ini sudah tersedia berbagai jenis dekomposer sehingga peluang usaha pembuatan pupuk organik terbuka luas. Penggunaan mikroba dekomposer dapat dilihat dari efektivitas dan efisiensi, mutu kompos, biaya dan kemudahan aplikasinya. Karakteristik dan dosis mikroba dekomposer yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik atau kompos adalah sebagai berikut :
- Biodec : Merupakan konsersia mikroba perombak selulosa dan lignin dengan fungsi metabolik yang komplementer, merombak dan mengubah residu organik menjadi bahan organik tanah dan menyuburkan tanah. Penggunaan Biodec untuk setiap ton/m3 bahan adalah 2,5 kg.
- Promi : Formula mikroba unggul, pemacu pertumbuhan tanaman, pelarut hara terikat tanah dan pengendali penyakit tanaman. Bahan aktif Promi adalah mikroba Trichoderma harzianum, T. pseudokoningii dan Aspergillus sp. Penggunaan Promi untuk setiap ton/m3 bahan adalah 1 kg.
- M-Dec : Mikroba mempercepat pengomposan, alelopati serta menekan perkembangan penyakit, larva insek dan biji gulma. Bahan aktif M-Dec adalah mikroba Trichoderma harzianum, T. pseudokoningii, Aspergillus sp dan Trametes. Penggunaan M-Dec untuk setiap ton/m3 bahan adalah 1 kg.
- Orlitani : Formula bioaktivator dengan bahan aktif Trichoderma harzianum dan T. pseudokoningii. Manfaat kompos dengan Orlitani dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sampai 50 % dan meningkatkan hasil panen 10-20 %. Penggunaan Orlitani untuk setiap ton/m3 bahan adalah 5 kg.
- Orgadec : Dekomposer yang memiliki kemampuan menurunkan C/N ratio secara cepat dan bersifat antagonis terhadap beberapa jenis penyakit akar. Mengandung mikroba Trichoderma pseudokoningii dan Cytophaga sp yang memiliki kemampuan tinggi dalam penghancur lignin dan selulosa secara bersamaan. Penggunaan Orgadec untuk setiap ton/m3 bahan adalah 5 kg.
- EM-4 : Dekomposer yang mengandung bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat, Actinomycetes, ragi dan jamur fermentasi. EM-4 merupakan cairan berbau sedap dengan rasa asam manis dengan pH < 3,5. Penggunaan EM-4 untuk setiap ton/m3 bahan adalah 1 liter.
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa dekomposer (M-Dec, Orgadec, Probion, MOL-pepaya, MOL-bambu) mampu menurunkan C/N ratio jerami sekitar 25:1 setelah dua minggu masa inkubasi, namun kematangan dan stabilitas kompos baru dicapai setelah minggu ke-5 dengan C/N ratio 11:1 – 16:1.
III. TEKNIS PEMBUATAN
1. Kompos Jerami
Bahan dan peralatan yang digunakan terdiri dari jerami padi, dekomposer, ember, tali, bambu, plastik hitam dan parang/pisau. Tahapan pembuatan kompos jerami padi adalah sebagai berikut :
- Larutkan dekomposer sesuai dosis dalam 250 liter air, lalu aduk sampai homogen.
- Buat tumpukan jerami padi secara berlapis dengan ukuran 1m x 1m x 1m.
- Setiap lapis (20 cm) disiram dengan larutan dekomposer 50 liter secara merata, dan begitu seterusnya hingga mencapai ketinggian 1 m.
- Padatkan setiap lapisan jerami dengan cara diinjak-injak.
- Setelah selesai tutup dengan plastik hitam, lalu diikat dengan tali.
- Tumpukan jerami dibiarkan 2 – 4 minggu.
- Pengomposan berjalan baik apabila terjadi penurunan tinggi tumpukan, jika dipegang terasa panas, tidak berbau menyengat, tidak kering dan jerami mulai melunak.
2. Bokashi Jerami
Bahan dan peralatan yang digunakan terdiri dari jerami padi yang dicacah sebanyak 800 kg, sekam 150 kg, dedak 50 kg, dekomposer, air secukupnya, ember, plastik hitam, cangkul dan sekop. Tahapan pembuatan bokashi jerami adalah sebagai berikut :
- Larutkan dekomposer dalam 250-300 liter air.
- Jerami, sekam dan dedak dicampur secara merata, kemudian disiram dengan larutan dekomposer yang telah disiapkan.
- Penyiraman dilakukan perlahan-lahan sampai kandungan air adonannya mencapai 30%.
- Selanjutnya adonan di hamparkan setinggi 30-40 cm di tempat yang kering/diatas lantai.
- Tutup adonan dengan palstik hitam atau terpal.
- Selama fermentasi berlangsung, suhu tetap dijaga 40–50 derajat C.
- Jika suhu melebihi 50 derajat C, bukalah penutupnya, kemudian dibalik atau diaduk agar udara masuk, dan selanjutnya ditutup kembali.
- Lama fermentasi berkisar antara 3-4 minggu.
- Bokashi telah jadi ditandai dengan timbul bau sedap dan muncul lapisan jamur putih serta tidak panas lagi.
3. Bokashi Kohe
Bahan yang digunakan terdiri dari kotoran sapi 850 kg, abu dapur 100 kg, serbuk gergaji 50 kg, kaptan 20 kg, probion 2,5 kg, pupuk SP-36 2,5 kg dan air 60 %. Selanjutnya peralatan meliputi : sekop, cangkul, garpu dan tempat pembuatan. Tahapan pembuatan bokashi kohe adalah sebagai berikut :
- Siapkan tempat, alat dan bahan yang digunakan.
- Larutkan dekomposer probion dan pupuk SP-36 dalam 250 liter air.
- Campurkan kotoran sapi dengan bahan lainnya dan aduk secara merata, kemudian siramkan larutan dekomposer yang telah disiapkan, lalu tutup dengan palstik hitam atau terpal plastik.
- Lama fermentasi atau pengomposan 3-4 minggu, dimana setiap minggu dilakukan pembalikan.
- Proses pengomposan berjalan baik apabila suhu bahan meningkat.
- Setelah diperam 3-4 minggu, pupuk telah menjadi matang dengan warna coklat kehitaman, bertekstur remah dan tidak berbau.
- Lakukan pengayakan untuk mendapatkan ukuran dan bentuk yang seragam serta memisahkan dari bahan yang tidak diharapkan.
- Pupuk organik siap dikemas atau diaplikasikan ke lahan sebagai pupuk dasar.
Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian telah melahirkan petani yang sangat tergantung pada pupuk kimia. Di lain pihak, penggunaan lahan secara terus menerus berakibat pada penurunan bahan organik tanah dan bahkan sebagian besar lahan pertanian mengandung bahan organik rendah (< 2 %), padahal kandungan yang ideal adalah > 3 %. Tanah dengan kandungan bahan organik rendah akan berkurang kemampuannya dalam mengikat pupuk kimia, sehingga efektivitas dan efisiensinya menurun akibat pencucian dan fiksasi. Perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan bahan organik tanah dapat dilakukan melalui penambahan bahan organik atau kompos. Namun demikian, kandungan hara pupuk organik tergolong rendah dan sifatnya slow release, sehingga diperlukan dalam jumlah yang banyak.      Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara umum, manfaat pupuk organik adalah : memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, meningkatkan daya simpan dan daya serap air, memperbaiki kondisi biologi dan kimia tanah, memperkaya unsur hara makro dan mikro serta tidak mencemari lingkungan dan aman bagi manusia.      Limbah pertanian yang dapat dijadikan sumber pupuk organik adalah jerami padi, sekam/arang sekam, brangkasan kacang tanah dan kedelai, daun dan batang jagung, serbuk gergaji, sampah kota serta kotoran ternak (sapi, kerbau, domba, kambing, ayam). Kandungan hara kotoran ternak dan limbah pertanian sangat beragam, dan begitu juga perbandingan antara karbon dan nitrogen (C/N ratio). Bahan organik yang optimal untuk pembuatan kompos atau pupuk organik secara aerobik memiliki C/N ratio 25-30. Kandungan hara kotoran ternak dan limbah pertanian
II. BIOAKTIVATOR (DEKOMPOSER)
Perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu 3-4 bulan, sehingga upaya pelestarian lahan pertanian mengalami hambatan, apalagi dihadapkan dengan masa tanam yang mendesak untuk menghasilkan produksi tinggi. Residu bahan organik sulit dikonversi menjadi bentuk yang lebih berdayaguna karena dergradasi lignin merupakan pembatas bagi kecepatan dan efisiensi dekomposisi. Dengan demikian diperlukan upaya untuk mempercepat perombakan lignin dan selulosa dengan berbagai dekomposer atau bioaktivator. Saat ini sudah tersedia berbagai jenis dekomposer sehingga peluang usaha pembuatan pupuk organik terbuka luas. Penggunaan mikroba dekomposer dapat dilihat dari efektivitas dan efisiensi, mutu kompos, biaya dan kemudahan aplikasinya. Karakteristik dan dosis mikroba dekomposer yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik atau kompos adalah sebagai berikut :- Biodec : Merupakan konsersia mikroba perombak selulosa dan lignin dengan fungsi metabolik yang komplementer, merombak dan mengubah residu organik menjadi bahan organik tanah dan menyuburkan tanah. Penggunaan Biodec untuk setiap ton/m3 bahan adalah 2,5 kg.- Promi : Formula mikroba unggul, pemacu pertumbuhan tanaman, pelarut hara terikat tanah dan pengendali penyakit tanaman. Bahan aktif Promi adalah mikroba Trichoderma harzianum, T. pseudokoningii dan Aspergillus sp. Penggunaan Promi untuk setiap ton/m3 bahan adalah 1 kg.- M-Dec : Mikroba mempercepat pengomposan, alelopati serta menekan perkembangan penyakit, larva insek dan biji gulma. Bahan aktif M-Dec adalah mikroba Trichoderma harzianum, T. pseudokoningii, Aspergillus sp dan Trametes. Penggunaan M-Dec untuk setiap ton/m3 bahan adalah 1 kg.- Orlitani : Formula bioaktivator dengan bahan aktif Trichoderma harzianum dan T. pseudokoningii. Manfaat kompos dengan Orlitani dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sampai 50 % dan meningkatkan hasil panen 10-20 %. Penggunaan Orlitani untuk setiap ton/m3 bahan adalah 5 kg.- Orgadec : Dekomposer yang memiliki kemampuan menurunkan C/N ratio secara cepat dan bersifat antagonis terhadap beberapa jenis penyakit akar. Mengandung mikroba Trichoderma pseudokoningii dan Cytophaga sp yang memiliki kemampuan tinggi dalam penghancur lignin dan selulosa secara bersamaan. Penggunaan Orgadec untuk setiap ton/m3 bahan adalah 5 kg.- EM-4 : Dekomposer yang mengandung bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat, Actinomycetes, ragi dan jamur fermentasi. EM-4 merupakan cairan berbau sedap dengan rasa asam manis dengan pH < 3,5. Penggunaan EM-4 untuk setiap ton/m3 bahan adalah 1 liter.      Berdasarkan hasil penelitian, beberapa dekomposer (M-Dec, Orgadec, Probion, MOL-pepaya, MOL-bambu) mampu menurunkan C/N ratio jerami sekitar 25:1 setelah dua minggu masa inkubasi, namun kematangan dan stabilitas kompos baru dicapai setelah minggu ke-5 dengan C/N ratio 11:1 – 16:1.
III. TEKNIS PEMBUATAN
1. Kompos Jerami      Bahan dan peralatan yang digunakan terdiri dari jerami padi, dekomposer, ember, tali, bambu, plastik hitam dan parang/pisau. Tahapan pembuatan kompos jerami padi adalah sebagai berikut :- Larutkan dekomposer sesuai dosis dalam 250 liter air, lalu aduk sampai homogen.- Buat tumpukan jerami padi secara berlapis dengan ukuran 1m x 1m x 1m.- Setiap lapis (20 cm) disiram dengan larutan dekomposer 50 liter secara merata, dan begitu seterusnya hingga mencapai ketinggian 1 m.- Padatkan setiap lapisan jerami dengan cara diinjak-injak.- Setelah selesai tutup dengan plastik hitam, lalu diikat dengan tali.- Tumpukan jerami dibiarkan 2 – 4 minggu.- Pengomposan berjalan baik apabila terjadi penurunan tinggi tumpukan, jika dipegang terasa panas, tidak berbau menyengat, tidak kering dan jerami mulai melunak. 2. Bokashi Jerami      Bahan dan peralatan yang digunakan terdiri dari jerami padi yang dicacah sebanyak 800 kg, sekam 150 kg, dedak 50 kg, dekomposer, air secukupnya, ember, plastik hitam, cangkul dan sekop. Tahapan pembuatan bokashi jerami adalah sebagai berikut :- Larutkan dekomposer dalam 250-300 liter air.- Jerami, sekam dan dedak dicampur secara merata, kemudian disiram dengan larutan dekomposer yang telah disiapkan.- Penyiraman dilakukan perlahan-lahan sampai kandungan air adonannya mencapai 30%.- Selanjutnya adonan di hamparkan setinggi 30-40 cm di tempat yang kering/diatas lantai.- Tutup adonan dengan palstik hitam atau terpal.- Selama fermentasi berlangsung, suhu tetap dijaga 40–50 derajat C.- Jika suhu melebihi 50 derajat C, bukalah penutupnya, kemudian dibalik atau diaduk agar udara masuk, dan selanjutnya ditutup kembali.- Lama fermentasi berkisar antara 3-4 minggu.- Bokashi telah jadi ditandai dengan timbul bau sedap dan muncul lapisan jamur putih serta tidak panas lagi.
3. Bokashi Kohe      Bahan yang digunakan terdiri dari kotoran sapi 850 kg, abu dapur 100 kg, serbuk gergaji 50 kg, kaptan 20 kg, probion 2,5 kg, pupuk SP-36 2,5 kg dan air 60 %. Selanjutnya peralatan meliputi : sekop, cangkul, garpu dan tempat pembuatan. Tahapan pembuatan bokashi kohe adalah sebagai berikut :- Siapkan tempat, alat dan bahan yang digunakan.- Larutkan dekomposer probion dan pupuk SP-36 dalam 250 liter air.- Campurkan kotoran sapi dengan bahan lainnya dan aduk secara merata, kemudian siramkan larutan dekomposer yang telah disiapkan, lalu tutup dengan palstik hitam atau terpal plastik.- Lama fermentasi atau pengomposan 3-4 minggu, dimana setiap minggu dilakukan pembalikan.- Proses pengomposan berjalan baik apabila suhu bahan meningkat.- Setelah diperam 3-4 minggu, pupuk telah menjadi matang dengan warna coklat kehitaman, bertekstur remah dan tidak berbau.- Lakukan pengayakan untuk mendapatkan ukuran dan bentuk yang seragam serta memisahkan dari bahan yang tidak diharapkan.- Pupuk organik siap dikemas atau diaplikasikan ke lahan sebagai pupuk dasar.

Kompos sebagai Pupuk Organik yang Efektif

  1. KOMPOS.Kompos merupakan humus yang prosesnya diperpecat, dengan pengaturan bahan-bahan kompos sehingga kandungan hara yang dikandung pun lebih tinggi di banding dengan humus. Sedangkan pengomposan itu sendiri adalah penguraian bahan organik oleh sejumlah besar mikroorganisme dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara dengan hasil akhir berupa humus.Keunggulan kompos dibandingkan dengan pupuk kimia adalah kompos yang tidak merusak tanah, tidak menurunkan pH tanah, dan kompos menggemburkan tanah. Kandungan haranya menetap pada tanah, tidak terlarut air sehingga dosis penggunaan pada masa musim penanaman kedepan kemungkinan besar dapat diturunkan tergantung pada sifat tanah dan pengisapan hara oleh tanaman. Pengapuran pada tanah hanya pada tanah yang mempunyai pH yang sangat masam, malah pengapuran tidak diperlukan apabila kadar penggunaan kompos sangat besar. Dikarenakan sifat kompos yang netral dan cenderung untuk menjadi basa (tergantung bahan baku yang digunakan), sehingga kompos dapat sangat efektif dalam menetralkan pH tanahSedangkan kandungan haranya yang lebih rendah dibanding dengan pupuk kimia, sehingga dosis penggunaannya lebih banyak dibandingkan dengan pupuk kimia merupakan kelemahan dari pupuk kompos. Akan tetapi hal ini ditanggulangi dengan murahnya biaya produksi pertanian bila penyuburan lahan dan nutrisi tanaman menggunakan kompos.
Selama proses pembuatan kompos suhu yang didapat adalah pada kisaran 55˚C-65˚C, sehingga dapat mematikan gulma dan patogen yang ada di dalam bahan-bahan kompos. Maka kompos yang selama pembuatannya menggunakan metode yang benar tidak mengandung gulma dan penyakit pada tanaman.
Kompos menetap dalam tanah tidak terbawa air dikarenakan sifat kompos yang tidak terlarut dalam air dimana akar-akar tanaman menyerap hara pada koloid-koloid yang terbentuk selama proses pengomposan. Sehingga kandungan hara yang terkandung dalam kompos dapat menetap dalam tanah sampai bertahun-tahun tergantung dari penghisapan hara oleh tanaman.
Tanah bila menggunakan kompos semakin lama akan semakin gembur, subur dan kaya akan mikroba yang berguna bagi tanah itu sendiri, faktor kegemburan dan kesuburan tanah merupakan faktor penting dalam kontinuitas pemakaian lahan, intensifikasi tanaman menjadi baik karena tidak ada dampak negatif dari penggunaan kompos
Bahan organik alami yang jumlahnya kira-kira sepertiga dari seluruh bahan organik tumbuh –tumbuhan yang ada di dunia ini akan membentuk kira-kira 60% dari seluruh bahan apabila di daur ulang. Kalau di biarkan akan menimbulkan jumlah yang sangat besar. Untuk meningkatkan produktivitasnya perlu adanya usaha untuk mendaur ulang, salah satu caranya adalah dengan pengomposan.
Pengomposan adalah proses pengubahan bahan limbah organik oleh jasad renik secara konstan oleh aktivitas dari suatu suksesi berbagai jenis jasad renik, yang masing-masing memiliki kondisi tertentu dengan waktu yang relatif terbatas. Bahan berubah menjadi kompos yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah. Jadi kompos adalah produk hasil fermentasi bahan-bahan organik oleh sejumlah jasad renik dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara dengan hasil akhir berupa humus, maka kompos sebagai salah satu pupuk alam akan merupakan bahan substitusi yang penting terhadap pupuk kandang dan pupuk hijau. Selain itu pupuk kandang di beberapa daerah, khususnya di kawasan lahan kering sulit di dapat, karena masih kurangnya petani yang memelihara ternak. Terlebih lagi adanya kenyataan bahwa penanaman pupuk hijau semakin langka dan semakin meningkatnya pemakaian pupuk buatan, terutama lahan yang di usahakan secara intensif, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Faktor-faktor yang penting dalam pembuatan kompos adalah perbandingan karbon-nitrogen, ukuran partikel bahan, macam/jenis campuran bahan, kelembaban, aerasi, suhu, macam dan kemampuan jasad renik yang terlibat, penggunaan inokulan, penambahan bahan fosfat dan destruksi dari jasad renik patogen.
Diketahui ada lebih kurang 2.000 bakteri dan 50 jenis jamur yang terkait dengan proses pengomposan. Jamur mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemecahan selulosa (bahan organik alami yang paling sulit di degridasi ) dan di kelompokkan berdasarkan toleransinya terhadap suhu. Ada kelompok thermophilik (40 – 75 0C), mesophilik (20 - 40 0C) dan ada juga yang termasuk dalam kelompok psychrophilik (dibawah 20 0C). Adanya jasad renik perombak selulosa berkaitan erat dengan keberadaan bahan organik alami yang sulit didegradasi di alam. Dengan demikian jasad renik perombak ini merupakan salah satu faktor keseimbangan di alam dan mempunyai kontribusi dalam kelanjutan kehidupan dibumi ini.
Pengujian kapang selulotik di laboratorium dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kemampuan masing-masing kapang dalam merombak selulosa, sehingga isolat-isolat murni dapat dipisahkan dan dipilah-pilahkan sesuai dengan tingkat kemampuannya, sehingga akan di dapat inokulan yang mengandung jenis jasad renik yang mempunyai toleransi optimal terhadap perubahan lingkungan seperti tersebut di atas.
Seperti diketahui penambahan inokulan pada pembuatan kompos adalah bagian dari usaha untuk mempercepat proses pengomposan, karena sesungguhnya pada bahan material pembentuk kompos sendiri sudah mengandung banyak jasad renik khususnya yang berperan dalam perombakan zat kimia lainnya.
Salah satu cara untuk mendapatkan kompos secara tepat adalah dengan menggunakan aktivator berupa inokulan kapang unggul yang berperan memecah selulosa dalam proses pembuatan kompos, agar waktu pembuatan kompos lebih di perpendek.
Proses pembuatan komposnya sendiri harus berpegang pada sistem kerjasama beberapa mikroba yang mempunyai sifat-sifat fisiologis yang beragam dalam suatu tatanan tertentu.
Kegunaan kompos sendiri yaitu :
  1. sebagai penyubur di lahan pertanian atau perkebunan
  2. dapat memperbaiki struktur tekstur tanah
  3. memberikan kandungan unsur hara yang diperlukan tanaman.
  4. dapat digunakan dalam usaha reklamasi lahan bekas galian tambang, atau penyubur di daerah rawa-rawa, peningkatan kadar pH di daerah lahan asam.
Seperti diketahui di daerah tropik kandungan bahan organik di dalam tanah diperkirakan hanya 1% saja. Di lahan yang di tanami, kandungan organik lahan tersebut semakin lama semakin berkurang karena terjadi biodegradasi secara terus menerus. Untuk mengatasinya paling tidak setahun sekali lahan tersebut perlu diberi tambahan bahan organik seperti kompos.
Aktivitas mikrobiologi dalam tanah terjadi bukan saja oleh jasad renik yang tumbuh dan berkembang dalam kompos tetapi kehadirannya dapat menstimulir jasad renik yang telah ada dalam tanah. Pemberian kompos dapat menstimulir aktivitas amonifikasi, nitrifikasi, fiksasi nitrogen dan fosforilasasi, yang disebabkan oleh kerja berbagai jasad renik dalam tanah.
Oleh karena itu, selain berguna dalam penyuburan tanah khususnya di lahan kering, juga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik bagi para petani yang harganya relatif mahal.
  1. B. KOMPOS KEUNGGULAN DAN KELEMAHANNYA
Keunggulan Kompos
  1. 1. Kompos Tidak Larut Dalam Air
Dampak positif dari karakter ini adalah antara lain terhadap effisiensi penggunaan kompos pada lahan pertanaman. Seperti diketahui kelarutan pupuk anorganik maupun organik yang berbentuk kotoran ternak sangat tinggi. Setiap tanaman disiram atau tersiram air hujan atau banjir, maka hara yang terkandung dalam tanah akan berkurang atau bahkan habis tergerus air, sehingga perlu pemupukan ulang. Padahal kompos selalu ada di sekitar tanaman, karena tidak larut.
  1. 2. Kompos Menahan Air Sampai 60%
Kandungan air pada kompos akan menimbulkan dampak positif seperti berikut : Karena kompos tidak lain adalah humus, maka lahan yang mengandung kompos akan menahan air sampai sebanyak 60%, sehingga tanaman masih dapat menggunakannya sampai musim kemarau.
  1. 3. Kompos Dapat Membentuk Tekstur dan Struktur Tanah Yang Kondusif Bagi Pertumbuhan Tanaman.
Tekstur tanah akan menjadi lembut dan gembur, tidak padat dan tidak akan menjadi belah-belah pada musim kemarau seperti terjadi pada lahan yang dipupuk dengan pupuk anorganik. Struktur tanah akan tertata dengan baik seiring dengan keluar masuknya unsur hara ke dalam tanah.
  1. 4. Kandungan Hara Kompos Dapat Disesuaikan Dengan Kebutuhan.
Karena kandungan hara pada kompos terbentuk dari bahan dasar pembuatan kompos, maka pengaturannya dapat dilakukan pada awal pembuatan kompos. Penggunaan berbagai jenis bahan limbah yang mengandung berbagai jenis bahan lumbah yang mengandung berbagai kandungan hara dapat diformulasikan untuk kepentingan tanah yang akan kita pupuk.
  1. 5. Kompos Bebas Dari Sumber Penyakit.
Karena pembuatan kompos dilakukan dengan berbagai jenis mikroba yang bekerja secara suksesi karena pengaruh perubahan energi panas dan pH. Terjadi perubahan suhu dan pH secara alami selama proses pengomposan, maka kompos terbentuk secara sempurna oleh kerja berbagai mikroba tersebut. Terbebasnya kompos dari penyakit, karena suatu saat tumpukan kompos akan mencapai suhu 60-70ºC. Seperti diketahui semua mikroba penyakit tidak tahan pada suhu diatas 60ºC.
  1. 6. Kompos Merupakan Bahan Dasar Bagi Pakan Ternak Atau Pakan Ikan.
Konsep “longyam” (kolam dibawah kandang ayam) yang memanfaatkan kotoran ayam untuk pakan ikan akan terbebas dari penyakit kalau kotoran ayamnya sudah menjadi kompos. Kompos akan menjadi subsitusi bagi pakan ternak karena kandungannya dapat diformulasikan.
  1. 7. Kompos Sebagai Media Pertumbuhan Plankton.
Pertumbuhan plankton akan dipercepat dengan kehadiran kompos. Ini akan membantu para peternak ikan, baik kolam maupun tambak.
  1. 8. Kompos Dapat Dijadikan Sumber Pendapatan Petani.
Apabila limbah pertanian dan peternakan dapat mencukupi kebutuhan petani untuk usaha pertanian, maka limbah lain dapat dijadikan kompos untuk dijual. Limbah rumah tangga, limbah pabrik, limbah industri dsb yang terbuan percuma merupakan bahan baku industri pertanian dan dapat dijadikan sumber penghasilan.
  1. 9. Kompos Sebagai Bahan Industri Pot dan Media Tumbuh Anggrek.
Pot yang terbuat dari kompos dan lepengan kompos pengganti kayu pakis untuk media tumbuh anggrek merupakan suatu industri baru dan dapat menghasilkan uang. Pot yang berfungsi sebagai pupuk sangatlah menarik bagi mereka yang bergerak di bidang perbungaan, hotikultura dan pembibitan.
10. Kompos Sebagai Media Tanam Di Tanah Berpasir dan Bebatuan.
Hamparan kompos setebal 5-10 cm dapat dijadikan tanah gersang bebatuan, berpasir, bekas galian, lahan marginal dsb, menjadi lahan hijau sepanjang tahun.
11. Kompos Sebagai Embung Air.
Terdapatnya sumber mata air jernih di pegunungan, akibat dari masih tersedianya humus di hutan pegunungan. Embung yang ditutupi kompos dan ditumbuhi tanaman akan menyimpan air yang banyak, baik pada komposnya sendiri maupun akar tumbuhan yang berada di sekitar kompos.
12. Kompos Dapat Mencegah Erosi.
Di lahan yang konturnya miring penggunaan kompos selain akan menahan air juga mencegah erosi, banjir dan longsor yang berkepanjangan.
13. Kompos Sebagai Pengganti Irigasi.
Pada kondisi tropis-kering, air merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan tanaman. Dalam kondisi ini ada dua pilihan pemanfaatan air, dapat digunakan untuk irigasi atau untuk pembuatan kompos.
Produksi 1.000 Kg kompos memerlukan air sebanyak 2.500 liter. Apabila lahan diberi kompos 25 ton/ha, maka akan memerlukan air sebanyak 62.500 liter setra dengan irigasi 6,25 mm
Dari analisis dapat dinyatakan bahwa pembuatan kompos 25 ton/ha lebih bermanfaat dibanding dengan jika digunakannya irigasi.
14. Kompos Dapat Dibuat Dari Semua Bahan Organik.
Limbah organik rumah tangga berupa : Kulit sayur, kulit buah, kulit telur, daun the, bubuk kopi, potongan ikan, daging, kertas, abu dsb. Limbah organik kebun, tanaman, limbah ternak, limbah hutan, sungai, laut limbah perkotaan, agro industri.
15. Industri Kompos Yang Dapat Menyerap Tenaga Kerja.
Kompos yang dikembangkan oleh PBB tahun 1967 di India, Vietnam, Cina dan Korea khusus untuk pedesaan dapat menyerap tenaga kerja. Pembuatan kompos secara modern dapat dilakukan dengan kombinasi sistem pedesaan dan ditambah dengan mekanisasi pada proses-proses lainnya. Penggunaan mesin atau komputer pada proses degradasi mikroba akan berpengaruh pada suksesi mikroba oleh pengaruh perubahan suhu dan pH pada kondisi aerobik. Masih banyak lahan yang belum terdegradasi paa akhir masa pengomposan walaupun sudah menggunakan komputer untuk menjalankannya.
Kelemahan Kompos
Volume yang besar menyebabkan besarnya daya angkut, kelemahan ini dapat diatas dengan mengurangi kandungan air dalam kompos sampai dibawah 5 persen. Industri kompos dapat menggunakan kompos dengan kandungan air yang sedikit dan dapat dibuat dalam bentuk tablet atau pelet.
Ciri-Ciri Kompos
  1. 1. Kompos matang.
  1. Tidak berbau
  2. Berwarna coklat kehitam-hitaman.
  3. Tidak larut dalam air, karena kompos berbentuk koloid.
  1. 2. Test Kematangan Kompos.
  1. Sediakan air bersih dalam suatu wadah yang transparan.
  2. Masukan sedikit kompos kedalamnya dan dikocok merata.
  3. Biarkan beberapa saat.
Apabila dalam beberapa menit air dalam gelas jernih kembali, maka kompos tersebut sudah matang. Apabila tetap keruh, maka kompos belum terbentuk, terhadap kompos ini diperlukan perlakuan ulang.
  1. RINGKASAN MENGENAI KOMPOS DAN PENGOMPOSAN.

  1. Pengomposan : penguraian bahan organik oleh sejumlah besar mikroorganisme dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara dengan hasil akhir berupa humus.
  2. Mikroorganisme : anggota paling kecil dan paling sederhana dari dunia tanaman dan hewan
  3. Mikroorganisme mengambil air dan oksigen dari udara dan makanan dari bahan organik ® melepaskan karbon dioksida, air dan energi ® berkembang biak ® mati.
Sebagian energi yang dilepaskan tersebut, digunakan untuk pertumbuhan dan gerakan, sisanya dibebaskan sebagai panas. Akibatnya setumpuk bahan kompos melewati tahap-tahap penghangatan, suhu puncak, pendinginan dan pematangan.
  1. Bahan limbah biasanya mengandung mikroorganisme yang mampu melakukan proses pengomposan.
  2. Selain oksigen dari udara dan air, mikroorganisme memerlukan pasokan makanan yang mengandung karbon dan unsur hara seperti nitrogen, fosfor dan kalium untuk pertumbuhan dan reproduksi. Kebutuhan ini tersedia dalam bahan limbah.
  3. Penguraian bahan organik pada saat pengomposan merupakan situasi yang terus berubah, suhu, pH dan ketersediaan makanan yang bervariasi.
  4. Pada saat pengomposan spesies organisme dan jumlahnya juga berubah.
  5. Faktor-faktor yang penting dalam pembuatan kompos adalah ukuran partikel bahan, perbandingan C/N, kelembaban, aerasi, suhu, macam atau jenis campuran bahan, macam dan kemampuan jasad renik yang terlibat.
  6. Semakin kecil ukuran partikel bahan organik, semakin besar pula luas permukaan yang tersedia untuk dikerjakan oleh mikroorganisme. Partikel yang amat kecil mengumpul dengan ketat sehingga ruang antara partikel menjadi kecil dan sempit, ini mencegah gerakan udara kedalam tumpukan kompos dan gerakan karbondioksida keluar tumpukan.
  7. Jika ukuran partikel amat besar, luas permukaan untuk operasi amat kurang, reaksi kemudian akan berjalan lambat atau bahkan terhenti sama sekali.
  8. Nitrogen merupakan unsur hara yang paling penting, jika tersedia cukup nitrogen dalam bahan organik awal, kebanyakan unsur hara yang lainnya akan tersedia pula dalam jumlah yang cukup.
  9. Perbandingan C/N dalam campuran pertama berkisar antara 25 – 35. Jika perbandingan jauh lebih tinggi, prosesnya akan memakan waktu yang lama sebelum karbon dioksidasi menjadi karbondioksida. Jika lebih kecil nitrogen yang merupakan komponen penting dari kompos akhir akan dibebaskan sebagai amonia.
  10. Cara yang paling sederhana untuk menyesuaikan perbandingan C/N adalah dengan mencampur berbagai bahan dengan kadar nitrogen tinggi dan karbon rendah.
  11. Nitrogen juga dapat ditambahkan dalam bentuk pupuk organik (makanan, tulang, tanduk, kuku, ampas minyak dan darah kering) atau pupuk anorganik (urea dan amonium nitrat).
  12. Fosfor merupakan unsur hara yang kurang penting dalam pengompoasan, tapi kadang sengaja ditambahkan. Hilangnya nitrogen sebagai amonia dari tumpukan kompos dapat dikurangi sebagian dengan penambahan bahan yang mengandung fosfor. Fosfat batu diubah dari bentuk tidak larut air menjadi bentuk yang lebih dapat digunakan untuk tanaman.
  13. Untuk memaksimalkan kandungan unsur hara dari kompos yang dihasilkan diperlukan pengurangan peluruhan berat dari tumpukan dengan melindunginya dari hujan deras dan kepenuhan air.
  14. Pada kandungan air dibawah 30%, reaksi biologis dalam tumpukan kompos menjadi lambat. Pada kadar air yang terlalu tinggi ruang antara partikel dari bahan menjadi penuh air sehingga mencegah gerakan udara dalam tumpukan.
  15. Kandunga air optimum dari bahan kompos adalah 50 – 60%, tergantung dari kekuatan basah struktural bahan.
  16. Jumlah udara yang cukup kesemua bagian tumpukan kompos diperlukan untuk memasok oksigen pada organisme dan mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan.
  17. Tidak adanya udara (anaerobik) akan menimbulkan perkembangbiakan berbagai macam organisme yang menyebabkan pengawetan keasaman atau pembusukan tumpukan yang menimbulkan bau busuk.
  18. Aerasi diperoleh melalui gerakan alami dari udara ke tumpukan dengan membolak-balikan bahan secara berkala.
  19. Ketika bahan organik dikumpulkan menjadi satu untuk pengomposan sebagian energi yang dilepaskan oleh penguraian bahan dibebaskan sebagai panas, hal ini menyebabkan kenaikan suhu.
  20. Pada awal proses bahan berada pada suhu sekeliling. Pada tahap awal organisme yang ada pada bahan berkembang biak dengan cepat dan suhu naik, pada saat ini semua senyawa amat reaktif seperti gula, tepung dan lemak diuraikan. Ketika suhu mencapai enam puluh derajat selsius jamur berhenti bekerja dan penguraian diteruskan oleh actinomicetes dan galur bakteri pembentuk spora, penguraian menjadi lambat dan suhu puncak tercapai. Ketika bahan kompos sudah melewati suhu puncak, tumpukan mencapai stabilitas dimana bahan yang mudah diubah telah diuraikan dan kebanyakan kebutuhan oksigen yang tinggi telah terpenuhi. Bahan tidak lagi menarik bagi cacing dan lalat serta tidak menimbulkan bau busuk.
  21. Pada saat pendinginan, jerami dan tangkai membusuk terutama oleh jamur. Hal ini disebabkan begitu suhu turun kurang dari 60 derajat selsius jamur menyerang kembali daerah tumpukan yang lebih dingin dan menyerang senyawa yang kurang reaktif seperti hemiselulosa dan selulosa, menguraikannya menjadi senyawa gula yang lebih sederhana yang tersedia bagi mikroorganisme lain.
  22. Proses selanjutnya memasuki tahap pematangan dengan jumlah penguraian yang rendah dan panas yang dilepaskan kecil.
  23. Sebelum pematangan, tumpukan kompos yang dibulak-balik terjadi peningkatan suhu yang timbul dari kerja mikroorganisme yang meningkat.
  24. Suhu 55-65 derajat selsius dipertahankan selama 3 hari untuk membunuh hapir seluruh gulma dan patogen. Tidak ada bakteri penyakit pada kompos yang dibuat secara sempurna.
  25. Pengomposan timbul dari kegiatan mikroorganisme, karena itu diharapkan bahwa proses pengomposan akan lebih baik dengan penambahan inokulan dari kultur khusus.

Cara Mudah Belajar Membuat Kompos

saat ini saya sedang asik-asiknya mencoba membuat kompos. Sebab salah satu cara menanggulangi sampah adalah dengan membuat kompos. Dengan kompos kita akan mendukung tanaman secara organik, selain itu tanaman kita akan lebih subur tentunya. ada banyak cara membuat kompos, diantaranya cara-cara berikut ini.
Cara Membuat kompos
versi www.pustaka-deptan.go.id
Ada beberapa alternatif cara yang dipilih sesuai kondisi lokal.
Kompos jadi siap pakai
Pada daerah yang banyak terdapat sampah kota dan desa yang telah mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang cukup lama di alam terbuka, dapat diterapkan cara ini, sebagai berikut:
- Gali tumpukan sampah (garbage atau sampah lapuk) yang sudah seperti tanah
- Pisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat lapuk
- Jemur sampai kering, lalu ayak
- Bubuhkan 50 – 100 gram belerang untuk setiap 1 kg tanah sampah.
Bahan:
- 2 1 /4 hingga 4 m3 sampah lapuk (garbage)
- 6,5 m3 kulit buah kopi
- 750 kg kotoran ternak memamah biak (± 50 kaleng ukuran 20 liter)
- 30 kg abu dapur atau abu kayu
Cara Membuat
1). Buatlah bak pengomposan dari bak semen.
Dasar bak cekung dan melekuk di bagian tengahnya. Buat lubang pada salah satu sisi bak agar cairan yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan.
Atau buatlah bak pengomposan dengan menggali tanah ukuran 2,5 x 1 x 1 m(panjang x lebar x tinggi). Tapi hasilnya kurang sempurna dan kompos yang dihasilkan berair dan lunak.
2). Aduk semua bahan menjadi satu kecuali abu. Masukkan ke dalam bak pengomposan setinggi 1 meter, tanpa dipadatkan supaya mikroorganisme aerob dapat berkembang dengan baik. Kemudian taburi bagian atas tumpukan bahan tadi dengan abu.
3) Untuk menandai apakah proses pengomposan berlangsung dengan balk, perhatikan suhu udara dalam campuran bahan. Pengomposan yang baik akan meningkatkan suhu dengan pesat selama 4 – 5 hari, lalu segera menurun lagi.
4). Tampunglah cairan yang keluar dari bak semen. Siram ke permukaan
campuran bahan untuk meningkatkan kadar nitrogen dan mempercepat
proses pengomposan.
5). 2 – 3 minggu kemudian, balik-balik bahan kompos setiap minggu. Setelah 2 – 3 bulan kompos sudah cukup matang.
6). Jemur kompos sebelum digunakan hingga kadar airnya kira-kira 50 -60 % saja.
Kalau di daerah kita tidak tersedia kulit buah kopi, cara ke II dapat diadaptasi dengan menggantikan kulit buah kopi dengan hijauan seperti Iamtoro atau lainnya.
Kompos Sistem Bogor
Bahan :
- Sampah mudah lapuk (garbage)
- Jerami yang sudah bercampur dengan kotoran dan air kencing ternak.
- Kotoran ternak memamah biak
- Abu dapur atau abu kayu
Cara Membuat:
1). Timbuni campuran jerami dan sampah setinggi 25 cm di atas bedengan berukuran 2,5 x 2,5 meter.
2). Timbun lagi campuran kotoran dan air kencing ternak di atas timbunan tadi tipis-tipis dan merata.
3). Timbun lagi campuran jerami dan sampah-sampah setinggi 25 cm.
4). Tutup lagi dengan campuran kotoran dan kencing ternak.
5). Timbun bagian paling atas dengan abu sampai setebal ± 10 cm.
6). Balik-balik campuran bahan kompos setelah berlangsung 15 hari, 30 hari dan 60 hari.
7). Setelah di proses selama 3 bulan kompos biasanya cukup matang.
Agar pengomposan berhasil, buatlah atap naungan di atas bedengan
pengomposan sebab air hujan dan penyinaran langsung matahari dapat
menggagalkan proses pengomposan.
Cara Membuat Kompos Metode Karung
versi http://belajarmengajar.blogspot.com/
Berikut ini adalah cara pengomposan, dengan menggunakan karung sebagai wadahnya :
Langkah 1:
Potong/cacah dengan ukuran 2 s/d 3 cm sampah organik yang akan dibuat kompos.
Langkah 2:
Campur sampah coklat dan sampah hijau dengan perbandingan 1:2. Jika terlalu banyak sampah coklat, pengomposan akan memakan waktu lama.
Langkah 3:
Ratakan sampah yang akan dibuat kompos sebelum dicampur dengan MOL.
Langkah 4:
Sirami permukaan sampah secara merata dengan MOL.
Langkah 5:
Aduk agar MOL tercampur merata. Siram kembali dengan MOL sampai sampah terlihat basah kemudian aduk kembali.
Langkah 6:
Masukkan sampah ke dalam karung, setelah diangin-anginkan sebentar. Kemudian karung diikat agar tidak diacak-acak kucing, anjing, atau ayam.
Langkah 7:
Karung ditusuk-tusuk dengan obeng atau alat lainnya secara merata agar oksigen (udara segar) bisa masuk.
Langkah 8:
Simpan di tempat yang tidak kehujanan dan tidak terkena sinar matahari langsung.
Langkah 9:
Seminggu sekali Langkah 3 s/d 8 diulang kembali. Dalam waktu enam minggu kompos sudah jadi dan siap digunakan.
Catatan:
Minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja, suhu mencapai 45-65C. Karung terasa hangat bila dipegang.
Minggu ke-3 dan ke-4 suhu mulai menurun menjadi sekitar 40C.
Minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal seperti suhu tanah, kompos sudah jadi/matang.
Kompos yang sudah jadi berwarna coklat kehitam-hitaman dan baunya seperti tanah.
Kompos bisa disimpan di dalam karung sebelum digunakan.
Hal-hal lain yang perlu diketahui:
Pertama, yang perlu diketahui adalah bahan baku utama membuat kompos, yaitu sampah itu sendiri. Ada dua jenis sampah yaitu organik dan anorganik. Kita harus memisahkan sampah berdasarkan jenisnya. Yang termasuk sampah organik dan bisa dijadikan bahan kompos adalah sampah coklat (daun kering, rumput kering, serbuk gergaji, serutan kayu, sekam, jerami, kulit jagung, kertas yang tidak mengkilat, tangkai sayuran) dan sampah hijau (sayuran, buah-buahan, potongan rumput segar, daun segar, sampah dapur, ampas teh/kopi, kulit telur, pupuk kandang). Sedangkan yang masuk kelompok sampah anorganik adalah plastik, stereoform, kertas (mengkilat), logam, dan kaca.
Selain itu ada bahan-bahan yang sebaiknya tidak dibuat kompos yaitu:
- Daging, ikan, kulit udang, tulang, susu, keju, lemak/minyak, ampas kelapa, sisa sayuran yang bersantan (menyebabkan munculnya belatung).
- Kotoran anjing & kucing (kemungkinan membawa penyakit).
- Tanaman yang berhama (hama dan bijinya masih terkandung dalam kompos jadi).
- Ranting, dahan, dan batang kayu yang tidak mudah hancur dalam kompos (mengundang rayap).
Kedua, starter yang digunakan untuk mengurai sampah menjadi kompos. Di toko pertanian sebenarnya dijual starter siap pakai seperti EM4 (effective microorganism 4), tapi barangkali anda akan lebih puas jika bisa membuat sendiri. Selain itu, hemat. Starter yang dijual di toko harganya berkisar Rp.15.000. Mungkin lebih, mungkin bisa kurang. Anda cek saja sendiri deh. Yang pasti, anda tidak akan keluar uang sepeserpun bila membuatnya sendiri.
Starter buatan sendiri ini biasa disebut dengan MOL (mikro organisme lokal). Bahan yang digunakan untuk membuatnya bisa bermacam-macam, tergantung selera. Namun, di sini saya akan menjelaskan cara membuat MOL yang bahannya mudah didapat. Di rumah ada nasi kan? Kita bisa membuat MOL dari nasi, yang baru maupun basi.
Langkah-langkah membuat MOL yang merupakan starter dalam pengomposan:
1. Nasi (baru maupun basi) dibentuk bulat sebesar bola ping-pong sebanyak 4 buah.
2. Diamkan selama tiga hari sampai keluar jamur yang berwarna kuning, jingga, dan abu-abu.
3. Bola nasi jamuran kemudian dimasukkan ke dalam botol/wadah plastik.
4 Tuang air satu gayung yang sudah dicampur gula sebanyak empat sendok makan ke dalam botol/wadah yang berisi nasi jamuran.
5, Diamkan selama satu minggu. Campuran nasi dan air gula tersebut akan berbau asem seperti tape/peuyeum.
MOL sudah bisa digunakan sebagai starter untuk membuat kompos dengan dicampur air. Perbandingan MOL dengan air sebesar 1:5.
Ketiga, wadah untuk memproses sampah menjadi kompos. Wadah ini biasa disebut dengan komposter. Macam-macam jenisnya, ada yang terbuat dari batako, gentong plastik, ada yang namanya keranjang takakura, bahkan bila mau bisa beli jadi yang harganya sampai ratusan ribu. Tapi sekali lagi, anda mungkin akan balik kanan bila mau bikin kompos saja kok repot amat. Apalagi selain repot, mahal lagi. Mending dibuang ke kali deh, beres urusannya. Nggak usahlah ikut-ikutan birokrat hitam yang berprinsip “bila bisa dipersulit kenapa harus dipermudah.” Kita balik saja prinsip itu menjadi “bila dapat dipermudah kenapa mesti dibikin susah.” Kita gunakan karung sebagai tempat membuat kompos. Gampang kan? Di rumah pasti anda punya karung. Jika tidak ada, minta tolong saja emak anda untuk beli beras yang 20 kiloan. Berasnya dimasak jadi nasi kemudian dimakan, sebagian dibikin MOL, karungnya buat komposter.
Keempat, Sampah coklat kaya kandungan karbon (C) yang merupakan sumber energi makanan untuk mikroba. Sampah hijau mengandung nitrogen (N) yang diperlukan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang biak. Sampah organik secara alami akan mengalami penguraian oleh ratusan jenis mikroba, enzim, jamur, dan binatang tanah. Proses penguraian memerlukan suhu tertentu, kelembaban, dan oksigen (udara segar).
Kalo teman-teman kurang jelas, langsung saja ke TKP:
www.pustaka-deptan.go.id
http://belajarmengajar.blogspot.com

Pencarian terkait:

cara membuat kompos - cara membuat mol - cara membuat kompos sederhana - cara buat kompos - cara mudah membuat kompos - cara membuat kompos organik - cara pembuatan kompos sederhana - cara pembuatan kompos dari tumbuhan - cara membuat pupuk kompos - cara pembuatan pupuk kompos sederhana - cara membuat pupuk dari daun kering - bagaimana menjadikan daun kering jadi kompos - cara pembuatan mol - cara sederhana membuat kompos - cara pembuatan kompos kering - cara bikin kompos - membuat kompos sederhana - cara membuat pupuk kompos dari daun - bahan pembuatan mol - cara pembuatan kompos - pembuatan kompos dari daun kering - pembuatan pupuk kompos sederhana - pembuatan kompos - cara membuat pupuk kompos dari sampah organik - cara pengomposan - membuat kompos dari daun kering - cara dan langkah membuat kompos - pembuatan pupuk kompos dari daun kering - cara membuat komposting - pembuatan kompos sederhana - cara membuat kompos dari daun kering - bikin kompos - macam-macam kompos - cara membuat pupuk kompos organik - macam macam kompos - metode pembuatan kompos - pembuatan kompos kering - cara membuat kompos daun - langkah-langkah pengomposan - kompos kering - kompos - cara pembuatan pupuk kompos kering - membuat kompos cara sederhana - bagaimana cara membuat kompos - pupuk kompos dari daun kering - kompos daun kering - artikel cara pembuatan pupuk kompos - cara cepat membuat kompos - membuat kompos sampah - membuat kompos sederhana dari sayuran -
Advertisements 

Keunggulan dan Kekurangan Kompos

Pupuk organik mempunyai sangat banyak kelebihan namun juga memiliki kekurangan bila dibandingkan dengan pupuk buatan atau kimi (anorganik).
Kekurangan
  1. Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.
  2. Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan dan implementasinya.
  3. Dalam jangka  pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara, pemberian pupuk organik  yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler pemberian pupuk buatan.
Keunggulan
  1. Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik).
  2. Pupuk organik mengandung asam - asam organik, antara lain asam humic, asam fulfic, hormon dan enzym yang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna baik bagi tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme.
  3. Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat biologis tanah.
  4. Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.
  5. Menjadi penyangga pH tanah.
  6. Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan.
  7. Membantu menjaga kelembaban tanah
  8. Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun
  9. Tidak merusak lingkungan.

Keunggulan Pupuk Kompos

PUPUK kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, sehingga akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur, tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih netral.
Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa kompos.
Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi kompos.
Mengapa harus dikomposkan terlebih dahulu?
Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah, apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh tanaman.
Kompos yang setengah matang juga tidak baik untuk tanaman.
Bahan organik harus dikomposkan sampai matang agar bisa diserap haranya oleh tanaman.
Prinsipnya adalah tanaman menyerap hara dari tanah, oleh karena itu harus dikembalikan menjadi tanah dan diberikan ke tanah lagi.

Membuat kompos juga sangat mudah. Secara alami bahan organik akan mengalami pelapukan menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah sampai satu tahun tergantung bahan dan kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat perlu perlakuan tambahan.
Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulum atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos. Bahan organik yang lunak dan ukurannya cukup kecil dapat dikomposkan tanpa harus dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar dan keras, sebaiknya dicacah terlebih dahulu.
Aktivator kompos harus dicampur merata ke seluruh bahan organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat.
Bahan yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini sangat dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos. Bahan yang kering lebih sulit dikomposkan, dan kandungan air yang terlalu banyak juga akan menghambat proses pengomposan. Jadi basahnya harus cukup.
Bahan juga harus cukup mengandung udara. Seperti halnya air, udara dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik aktivator kompos.
Untuk melindungi kompos dari lingkungan luar yang buruk, kompos perlu ditutup. Penutupan ini bertujuan melindungi bahan/jasad renik dari air hujan, cahaya matahari, penguapan, dan perubahan suhu.
Bahan didiamkan selama beberapa waktu hingga kompos matang. Lama waktu yang dibutuhkan antara 2 minggu sampai 6 minggu tergantung dari bahan yang dikomposkan. Bahan-bahan yang lunak dapat dikomposkan dalam waktu yang singkat, 2-3 minggu. Bahan-bahan yang keras membutuhkan waktu antara 4-6 minggu.
Ciri kompos yang sudah matang adalah bentuknya sudah berubah menjadi lebih lunak, warnanya coklat kehitaman, tidak berbau menyengat, dan mudah dihancurkan/remah.
Kompos yang sudah matang dapat langsung digunakan untuk tanaman. Tidak ada batasan baku berapa dosis kompos yang diberikan untuk tanaman. Secara umum lebih banyak kompos memberikan hasil yang lebih baik. Tetapi jika kompos akan digunakan untuk pembibitan atau untuk tanaman di dalam pot/polybag, kompos harus dicampur tanah dengan perbandingan 1: 3, satu bagian kompos dan tiga bagian tanah.
Kompos dapat diberikan sebagai satu-satunya sumber hara tambahan atau lebih dikenal dengan istilah pertanian organik. Kompos yang diberikan sebaiknya dalam jumlah yang cukup, agar tanaman dapat tumbuh lebih baik. Kompos juga bisa diberikan bersama-sama dengan pupuk kimia buatan. Pupuk kimia dapat dikurangi sebagian dan digantikan dengan penambahan kompos.
Kompos dapat diberikan ke tanaman apa saja, mulai dari tanaman pertanian, holtikultura, perkebunan, tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan kehutanan. Misalnya untuk tanaman: padi sawah, padi gogo, jagung, ketela pohon, kacang, kol, kentang, karet, kopi, sawit, kakao, tebu, aglonema, gelombang cinta, mangga, akasia, dan lain-lain. DTC/S-2

Share this post

Manfaat Menggunakan Kompos

Sebagai kompos semakin banyak diproduksi dan digunakan dan sebagai tubuh akhir-menggunakan penelitian terkait tumbuh, manfaat menggunakan kompos telah menjadi lebih jelas dan terukur. Karena banyak atribut nya, kompos sangat fleksibel dan bermanfaat dalam banyak aplikasi. Kompos memiliki kemampuan unik untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dan media tumbuh secara fisik (struktural), kimia (nutrisi), dan biologis. Meskipun banyak menyamakan manfaat penggunaan kompos untuk pertumbuhan hijau subur, yang disebabkan oleh nitrogen tanaman tersedia, manfaat nyata dari penggunaan kompos jangka panjang dan terkait dengan isinya hidup-bahan organik.
Manfaat Fisik
Peningkatan Struktur
Kompos dapat meningkatkan struktur fisik tanah. Pada tanah bertekstur halus (tanah liat, tanah liat loam), penambahan kompos akan mengurangi kepadatan massal, meningkatkan kerapuhan (workability) dan porositas, dan meningkatkan permeabilitas gas dan air, sehingga mengurangi erosi. Ketika digunakan dalam jumlah yang cukup, penambahan kompos memiliki baik dampak positif langsung dan jangka panjang pada struktur tanah. Ini tahan pemadatan di tanah bertekstur halus dan meningkatkan kapasitas memegang air dan meningkatkan agregasi tanah di bertekstur kasar (berpasir) tanah. Tanah-mengikat sifat kompos karena kandungan humus nya. Humus adalah residu stabil yang dihasilkan dari tingkat tinggi dekomposisi bahan organik. Konstituen dari humus bertindak sebagai tanah 'lem,' memegang partikel tanah bersama-sama, membuat mereka lebih tahan terhadap erosi dan meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan kelembaban.
Moisture Manajemen
Penambahan kompos dapat memberikan ketahanan kekeringan yang lebih besar dan lebih efisien pemanfaatan air, oleh karena itu, frekuensi dan intensitas irigasi dapat dikurangi. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa penambahan kompos pada tanah berpasir dapat memfasilitasi dispersi kelembaban dengan memungkinkan air untuk lebih mudah bergerak lateral dari titik aplikasi.
Manfaat Kimia
Memodifikasi dan Menstabilkan pH
Penambahan kompos ke dalam tanah dapat mengubah pH akhir campuran. Tergantung pada pH kompos dan tanah asli, penambahan kompos dapat meningkatkan atau menurunkan pH campuran tanah / kompos ini. Oleh karena itu, penambahan netral atau sedikit basa kompos ke tanah asam akan meningkatkan pH tanah jika ditambahkan dalam jumlah yang tepat. Dalam kondisi tertentu, kompos telah ditemukan untuk mempengaruhi pH tanah bahkan ketika diterapkan pada jumlah serendah 10-20 ton per hektar. Penggabungan kompos juga memiliki kemampuan untuk buffer atau menstabilkan pH tanah, dimana itu akan lebih efektif menolak perubahan pH.
Meningkatkan Kapasitas Pertukaran Kation
Kompos juga akan meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, memungkinkan mereka untuk mempertahankan nutrisi lagi. Ini juga akan memungkinkan tanaman untuk lebih efektif memanfaatkan nutrisi, sekaligus mengurangi hilangnya nutrisi dengan pencucian. Untuk alasan ini, kesuburan tanah sering dikaitkan dengan kandungan bahan organik mereka. Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah berpasir dengan menambahkan kompos dapat sangat meningkatkan retensi hara tanaman di zona akar.
Menyediakan Nutrisi
Produk Kompos mengandung berbagai besar makro dan mikronutrien. Meskipun sering dianggap sebagai sumber yang baik nitrogen, fosfor, dan potasium, juga mengandung mikronutrien kompos penting bagi pertumbuhan tanaman. Sejak kompos mengandung sumber yang relatif stabil bahan organik, nutrisi ini diberikan dalam bentuk slow release. Pada basis pon-pon oleh, jumlah besar nutrisi yang tidak biasanya ditemukan dalam kompos dibandingkan dengan pupuk paling komersial. Namun, kompos biasanya diterapkan pada tingkat yang jauh lebih besar, sehingga, dapat memiliki efek kumulatif yang signifikan terhadap ketersediaan hara. Penambahan kompos dapat mempengaruhi baik pupuk dan penyesuaian pH (kapur / sulfur tambahan). Kompos bukan hanya menyediakan nutrisi, tapi sering membuat program pupuk saat ini lebih efektif.
Manfaat Biologi
Menyediakan Biota Tanah
tanaman. Aktivitas mereka sebagian besar didasarkan pada kehadiran materi organik. Mikroorganisme tanah termasuk bakteri, protozoa, Actinomycetes, dan jamur. Mereka tidak hanya ditemukan dalam kompos, tetapi berkembang biak dalam media tanah. Mikroorganisme memainkan peran penting dalam dekomposisi bahan organik yang, pada gilirannya, mengarah pada pembentukan humus dan ketersediaan nutrisi. Mikroorganisme juga dapat mempromosikan kegiatan root sebagai jamur yang spesifik bekerja symbiotically dengan akar tanaman, membantu mereka dalam ekstraksi nutrisi dari tanah. Tingkat kecukupan bahan organik juga mendorong pertumbuhan cacing tanah, yang melalui tunneling, meningkatkan infiltrasi air dan aerasi.
Menekan Penyakit Tanaman
Kejadian penyakit pada tanaman banyak mungkin dipengaruhi oleh tingkat dan jenis bahan organik dan mikroorganisme hadir dalam tanah. Penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan populasi mikroorganisme tertentu dapat menekan penyakit tanaman tertentu seperti Pythium dan fusarium serta nematoda. Upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan proses pengomposan dalam rangka meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan.
Tambahan Manfaat Kompos
Beberapa manfaat tambahan dari kompos telah diidentifikasi, dan telah menyebabkan penggunaan baru untuk itu. Manfaat dan menggunakan dijelaskan di bawah ini.
Mengikat Kontaminan
Kompos memiliki kemampuan untuk mengikat logam berat dan kontaminan lainnya, mengurangi baik leachability mereka dan penyerapan oleh tanaman. Oleh karena itu, lokasi yang terkontaminasi dengan berbagai polutan sering dapat diperbaiki dengan mengubah tanah asli dengan kompos. Mempengaruhi mengikat yang sama memungkinkan kompos untuk digunakan sebagai media filter untuk pengolahan air badai dan telah ditunjukkan untuk mengurangi pencucian pestisida dalam sistem tanah.
Senyawa mendegradasi
Mikroba yang ditemukan dalam kompos juga dapat menurunkan beberapa senyawa organik beracun, termasuk minyak bumi (hidrokarbon). Ini adalah salah satu alasan mengapa kompos sedang digunakan dalam bioremediasi tanah terkontaminasi minyak bumi.
Restorasi Lahan Basah
Kompos juga telah digunakan untuk restorasi lahan basah asli. Kaya bahan organik dan populasi mikroba, kompos dan tanah / kompos campuran erat dapat mensimulasikan karakteristik tanah lahan basah, sehingga mendorong pembentukan kembali spesies tanaman asli.
Erosi Kontrol
Kasar kompos telah digunakan dengan sukses besar sebagai mulsa untuk mengendalikan erosi dan telah berhasil digunakan di situs mana metode pengendalian erosi konvensional tidak dilakukan dengan baik. Di Eropa, baik kompos telah dicampur dengan air dan disemprotkan ke lereng untuk mengendalikan erosi.
Gulma Pengendalian
Kompos matang atau yang yang memiliki zat merugikan pertumbuhan tanaman (phytotoxins), juga sedang diuji sebagai alternatif untuk mulsa plastik untuk sayuran dan produksi buah. Sementara membantu dalam konservasi kelembaban dan suhu moderat tanah, kompos dewasa juga bertindak sebagai herbisida ringan.
Manfaat Menggunakan Kompos
  • Meningkatkan struktur tanah, porositas, dan densitas, sehingga menciptakan lingkungan akar tanaman lebih baik.
  • Meningkatkan infiltrasi kelembaban dan permeabilitas tanah berat, sehingga mengurangi erosi dan limpasan.
  • Meningkatkan kapasitas air, sehingga mengurangi kehilangan air dan pencucian di tanah berpasir.
  • Persediaan berbagai makro dan mikronutrien.
  • Dapat mengontrol atau menekan tertentu patogen tular tanah-tanaman.
  • Kebutuhan jumlah yang signifikan dari materi organik.
  • Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah dan media tanam, sehingga meningkatkan kemampuan mereka untuk menahan nutrisi untuk digunakan tanaman.
  • Kebutuhan menguntungkan mikro-organisme untuk tanah dan media tumbuh.
  • Meningkatkan dan menstabilkan pH tanah.
  • Dapat mengikat dan menurunkan polutan tertentu.
Penilaian
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars
Bergabung diskusi
11 komentar
Berbagi artikel ini