Sabtu, 12 November 2011

Mengkomposkan Seresah, Rumput, dan Daun


Memotong rumput atau menyapu halaman adalah aktivitas rutin masyarakat, khususnya orang yang memiliki halaman luas. Aktivitas ini juga merupakan aktivitas rutin petugas-petugas kebersihan kantor-kantor. Petugas kebersihan DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) hampir setiap hari menyapu jalan-jalan dan taman-taman kota. Sebagian besar sampah-sampah yang mereka kumpulkan adalah sampah organik. Kalaupun ada sampah non organik jumlahnya kecil dan mudah dapat dipisahkan. Sampah-sampah ini sangat potensial untuk dibuat kompos.

DKP potong rumput
Petugas kebersihan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan sedang memotong rumput. Sisa pangkasan rumput ini potensial untuk dijadikan kompos.

Manfaat Mengkomposkan Seresah, Rumput, dan Daun

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan mengkomposkan sisa potongan rumput, seresah, dan daun ini.
dedaunan
dedaunan 2
Simpah-sampah daun dan rumput untuk dikomposkan.

1. Mengurangi Volume Sampah yang dibuang di TPA

Karena sampah dikomposkan di tempat di mana kompos tersebut diambil, maka dengan sendirinya volume sampah yang diangkut ke TPA akan berkurang. Saya sendiri belum pernah punya kesempatan untuk menghitung berapa volume sampah organik yang disapu oleh petugas DKP setiap pagi. Tapi yang jelas jumlahnya cukup besar.

2. Menghemat Sumber Daya

Berkurangnya volume sampah yang diangkut ke TPA juga mengakibatkan implikasi lain. Misalnya: berkurangnya armada angkutan yang dibutuhkan, berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan, menghemat bahan bakar. Semua ini akan menghemat biaya yang diperlukan untuk pengelolaan sampah. Namun saya belum punya kesempatan untuk menghitungnya. (Saya berharap suatu saat nanti punya kesempatan untuk menghitungnya.)

3. Peningkatan Nilai Tambah Sampah

Sampah indentik dengan bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Memang stigma ini tidak sepenuhnya salah. Namun, dengan membuat sampah organik menjadi kompos akan memberikan nilai tambah bagi sampah. Kompos memiliki nilai dan tidak berbau. Cobalah anda datang ke penjual bunga yang banyak ditemui di pinggir-pingir jalan protokol dan tanya berapa harga sekantong kompos. Itulah nilai kompos. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah siapa yang mau membeli kompos dari sampah tersebut?

4. Menyuburkan Tanah dan Tanaman

Untuk point ini tidak ada yang meragukan manfaat tanah bagi tanah maupun tanaman. Lihat tulisan saya di link ini .

5. Manfaat untuk Lingkungan

Banyak orang yang menuding bahwa salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah karena penanganan sampah yang kurang baik. Mengolah sampah menjadi kompos diharapkan akan membantu menyelamatkan lingkungan.

Prosedur Pengolahan Sampah Menjadi Kompos

Prosedur pengolahan sampah organik ini mengambil cara yang dilakukan di kantor kami, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Kepala Balai, Dr. Darmono Taniwiryono membuat kebijakan bahwa semua sampah organik tidak boleh dibakar, tidak boleh dibuang sembarangan, dan harus dibuat kompos. Cara pembuatannya sangat sederhana. Peralatan yang dibutuhkan pun juga sederhana dan murah.
Peralatan:
  1. Kantong Pengomposan
  2. Kantong plastik bisa menggunakan kantong mulsa hitam yang banyak dijual di pasaran. Atau bisa juga dibuat dari terpal plastik. Kantong ini berfungsi sebagai tempat pengomposan. Di kantong ini dibuat beberapa lubang, beberapa lubang di bagian bawah sebagai tempat pengeluaran air dan beberapa lubang di samping untuk aerasi. kantong plastik pengomposan Kantong plastik untuk tempat pengomposan.
  3. Tali/Tambang
  4. Tambang uuntuk mengikat kantong plastik.
  5. Ember
  6. Ember untuk mengencerkan PROMI.
  7. Parang, Cangkul, dan peralatan pendukung lainnya
  8. Peralatan ini digunakan untuk memperlancar pembuatan kompos ini.
Peralatan ini dengan asumsi bahwa sampah sudah tersedia, jadi tidak memasukkan mesin potong rumput, sabit, kerangjang sampah, truk, dll.
Bahan:
  1. Sampah Organik
  2. Sudah jelas. Kalau belum ada sampahnya ya… cari dulu.
  3. PROMI
  4. Aktivator untuk mempercepat proses pengomposan. Bisa saja anda tidak menggunakan aktivator tetapi waktu yang dibutuhkan jauh lebih lama, bisa beberapa bulan.
  5. Air
  6. Air berguna untuk mengencerkan PROMI dan membasahi sampah organik.

Tempat Pengomposan

Tempat pengomposan sebaiknya diletakkan di lokasi yang teduh dan cukuup lembab.

Tahapan Pengomposan

  1. Pengumpulan Sampah Organik
  2. Sampah organik dikumpulkan. Jika sampah organik kering, perlu diberi air agar basah dan lembab. Pada dasarnya sampah tidak perlu dicacah, tetapi sampah yang ukurannya besar perlu dipotong-potong terlebih dahulu,misalnya: batang pisang, tangkai yang panjang, dahan, ranting, dll. Ukuran sampah harus cukup kecil sehingga cukup masuk ke kantong.
  3. Pemasukan Sampah ke dalam Kantong
  4. Secara bertahap sampah dimasukkan ke dalam kantong. Masukkan kurang lebih 10 cm dari dasar kantong. Kemudian siramkan secara merata larutan PROMI. Masukkan kembali selapis sampah dan siramkan kembali larutan PROMI. Ulangi langkah-langkah ini hingga kantong penuh. kompos daun Memasukkan dedaunan ke dalam kantong.
  5. Inkubasi
  6. Tutup rapat kantong dengan tali plastik. Kemudian dibiarkan kurang lebih 3 – 6 minggu hingga kompos matang. pengomposan
  7. Panen Kompos
  8. Panen dilakukan setelah kompos matang. Kompos bisa saja langsung digunakan untuk memupuk tanaman-tamanan di taman atau dijual. Jika kompos akan dijual perlu diolah terlebih dahulu, seperti dijemur, dicacah, dan diayak. kompos matang Kompos yang sudah matang
Mudah sekali bukan. Selamat mencoba dan jadikan bumi ini lebih indah.

Foto-foto:
potong rumput di taman jalan
Sampah rumput dari pemotongan ini potensial untuk kompos. Latakkan saja kantong plastik besar di salah satu sudutnya. Biarin saja sudah jadi kompos. Ngak perlu dibawa ke TPA. Kalau sudah jadi kompos dipupukkan lagi ke pohon-pohon di taman tersebut. Referensi lain yang mungkin juga Anda perlukan. Rekomendasi link: Free Ebooks.

2 komentar: